Daftar Isi

Sabtu, 10 Agustus 2013

KRITIK STRUKTURAL
NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI
A.     UNSUR INTRINSIK
1.      Tema
Tema Novel Negeri 5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat sendiri dari lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan bagaimana tokoh-tokoh utama di dalamnya mengenyam pendidikan di dunia pesantren, apalagi dalam novel ini dibuka dengan kata mutiara dari Imam Syafi'i yang berhubungan dengan penuntutan ilmu : man jadah wajadah (siapa yang bersungguh-sunggu maka Allah akan mengabulkan keinginannya).

2.      Penokohan
Tokoh-tokoh dan watak dalam novel Negeri 5 Menara, yaitu:
a.      Alif
1.      Seorang lelaki yang penurut : [“Selama ini aku anak penurut” (Negeri 5 Menara, hal.11)]
2.      Bersungguh-sungguh dalam mencapai cita-citanya

b.      Amak
1.      Seorang wanita separuh baya yang ramah [“Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja” (Negeri 5 Menara, hal.6)]
2.      Rela Berkorban : [“Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun” (Negeri 5 Menara, hal.6)]
3.      Peduli akan nasib umat Islam : [“…Bagaimana nasib umat Islam nanti?” (Negeri 5 Menara, hal.7)]
4.      Seorang ibu yang konsisten terhadap keputusannya  : [“Pokoknya Amak tidak rela waang masuk SMA!” (Negeri 5 Menara, hal.9)]

c.       Ayah
1.      Seorang pria separuh baya yang membela kebenaran : [“Mungkin naluri kebapakannya tersengat untuk membela anak dan sekaligus membela dirinya sendiri” (Negeri 5 Menara, hal. 20)]
2.      Dapat dipercaya : [“Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk kurban idul adha minggu depan telah ditunaikan Ayah” (Negeri 5 Menara, hal.91
d.      Dulmajid
1.      Seorang lelaki yang Mandiri : [“Tentu saja saya datang sendiri,” (Negeri 5 Menara, hal.27)]
2.      Semangat : [“Animo belajarnya memang maut” (Negeri 5 Menara, hal.46)]
3.      Jujur, tegas serta setia kawan : [“Aku menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi juga paling setia kawan yang aku kenal.” (Negeri 5 Menara, hal.46)]

e.      Raja
1.      Seorang lelaki yang Percaya diri : [“Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju” (Negeri 5 Menara, hal.44)]
2.      Ekspresif : [“…Tampak mengayun-ayunkan tinjunya diudara sambil berteriak “Allahu Akbar!” (Negeri 5 Menara, hal.108)]
3.      Pantang menyerah  : [“Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan,” (Negeri 5 Menara, hal.124)]

f.        Atang
1.      Menepati Janji : [“Sesuai Janji, Atang yang membayari ongkos” (Negeri 5 Menara, hal.221)]
2.      Baik  [Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.” (Negeri 5 Menara, hal.226)]

g.      Said
1.      Seorang lelaki yang memberi motivasi : [“…senyum dan cerita yang mengobarkan semangat” (Negeri 5 menara, hal.45)]
2.      Berfikir dewasa  : [“Perawakan yang seperti orang tua dan cara berpikirnya yang dewasa membuat kami menerimanya sebagai yang terdepan” (Negeri 5 menara, hal.156)]
3.      Seorang lelaki yang mengambil kebaikan dari suatu kejadian : [“Aku sendiri mengagumi caranya melihat segala sesuatu dengan positif” (Negeri 5 Menara, hal.156)]
4.      Baik : [Aku bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.” (Negeri 5 Menara, hal.226)]

h.      Baso
1.      Seorang lelaki yang Disiplin : [“Dia begitu disiplin menyediakan waktu untuk membaca buku favoritnya” (Negeri 5 Menara, hal.92)]
2.      Rajin : [“Baso anak paling rajin diantara kami” (Negeri 5 Menara, hal.92)]
3.      Sunguh-sungguh : [“Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan Al-Quran dengan sungguh-sungguh” (Negeri 5 Menara, hal.357)]
4.      Pendiam, Pemalu serta Tertutup : [“Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling Pendiam, Pemalu dan tertutup” (Negeri 5 Menara, hal.359)]

i.        Ustad Salman
1.      Seorang lelaki yang Kreatif : [“Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami” (Negeri 5 Menara, hal.106)]

j.        Kiai Rais
1.      Seorang lelaki separuh baya yang menjadi contoh di PM : [“…yang menjadi panutan kita dan semua orang selama di PM ini” (Negeri 5 Menara, hal.49)]
2.      Berbakat : [“Kiai Rais adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa saja” (Negeri 5 Menara, hal. 165)]

k.      Tyson
 Seorang lelaki yang Tegas : [“…Terlambat adalah terlamabat. Ini pelanggaran” (Negeri 5 Menara, hal.66)]

l.        Ustad Torik
Seorang lelaki yang Tegas : [“Kalian sudah tahu aturan adalah aturan. Semua yang ikut ke Surabaya saya tunggu di kantor. SEKARANG JUGA.” (Negeri 5 Menara, hal.351)]


3.             Latar
a.      Latar tempat
1.      Kantor Alif (Washington DC)
2.      Rumah Alif (Maninjau, Bukittinggi)
3.      Trafalgar Square (London)
4.      Pondok Madani
5.      Rumah Atang (Bandung)
6.      Rumah Said (Surabaya)
7.      Apartemen Raja (London)
b.      Latar waktu
1.      Dini hari
[“Dalam perjalananku dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas melewati Jakarta jam tiga dini hari.” (Negeri 5 Menara, hal.47)]
2.      Pagi hari
[“Sejak dari pagi buta suasana PM sudah heboh.” (Negeri 5 Menara, hal.214)]
3.      Sore hari
[“Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan kepayahan ini.” (Negeri 5 Menara, hal.66)]
4.      Malam hari
[“Malam ini adalah salah satu dari malam-malam inspiratif yang digubah oleh Ustad Salman.” (Negeri 5 Menara, hal.108)]

c.       Latar Suasana
1.      Sepi
[“Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi” (Negeri 5 Menara, hal.3)]
2.      Emosi
[“Sebelum mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan menguncinya” (Negeri 5 Menara, hal.10)]
3.      Takut
[“Aku katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson ini padaku” (negeri 5 Menara, hal.66)]
4.      Gugup
[“Kalimat yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot mata Ustad Torik yang bikin ngilu.” (Negeri 5 Menara, hal.126)]
5.      Bahagia
[“Dengan penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM” (Negeri 5 Menara, hal.127)]
6.      Sedih
[“Di ujung kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh. Suaranya kini bergetar” (Negeri 5 Menara, hal.360)]

4.    Alur
Alur yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal ini
dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:

5.    Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Negeri 5 Menara, yaitu sudut pandang orang pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh utama : [“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku” (Negeri 5 Menara, hal.1)]

6.    Gaya Bahasa
a.      Majas Personifikasi
[“Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku” (Negeri 5 Menara, hal.1)]
b.      Majas hiperbola
[“Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang.” (Negeri 5 Menara, hal.5)]
c.       Majas Metafora
[“Matahari sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih susu” (Negeri 5 Menara, hal.1)]



7.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara ini adalah bahwa dalam mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita menyelesaikan rintangan yang datang menghadang dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita harus mengorbankan sesuatu.

B.     UNSUR EKSTRINSIK
1.      Nilai Ketuhanan
Sangat banyak nilai ketuhanan yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara, diantaranya kita sebagai manusia sama di sisi ALLAH.
2.      Nilai Moral
Kebersamaan Sahibul Menara dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan pantang menyerah
3.      Nilai Sosial
Di kehidupan pesantren, kita tidak diajarkan untuk egois, tapi saling membantu satu sama lain, mengutamakan kesolidaritasan.
4.      Nilai Ekonomi
Para pengajar di Pondok Madani tidak meminta untuk dibyar, mereka ikhlas mendidik santri karen ALLAH SWT, serta santri di Pondok Madani yang banyak kekurangan secara ekonomi tetapi masih bisa bersekolah di Pondok Madani.
5.      Nilai Budaya
Anak laki-laki dan seorang ayah masyarakat Minangkabau tidak pernah berangkulan : [“Di kampungku memang tidak ada budaya berangkulan anak laki-laki dan seorang ayah” (Negeri 5 Menara, hal.38)]
6.      Nilai Agama
Novel ini menceritakan tentang kehidupan pesantren yang selalu mengajarkan nilai-nilai agama, mulai dari keikhlasan, bersikap jujur, disiplin dan lain sebagainya : [“Bacalah Al-Quran dan hadits dengan mata hati kalian....” (Negeri 5 Menara, hal.113)]




1 komentar: