Daftar Isi

Sabtu, 10 Agustus 2013

KRITIK STRUKTURAL CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI
KARYA A.A. NAVIS

1.      Tema
Cerpen ini tergolong cerpen yang bertema agama. Karena dari salah satu latar tempat berada di surau atau musholla yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Kemudian dari tokoh sentral si Kakek di cerita ini ia diceritakan rajin dan taat beribadah serta bekerja sebagai penjaga surau. Kejadian di cerpen ini juga menunjukkan cerpen ini bertema keagamaan karena diceritakan adanya peristiwa yang terjadi di akhirat. Dimana akhirat adalah akhir dari seluruh makhluk di dunia yang terdapat surga dan neraka di dalamnya.

2.       Amanat
           
            a.Jangan mudah tersinggung jika diejek seseorang.
            b.Jangan sombong karena sombong bukanlah kunci untuk masuk surga.
            c.Jangan terpesona dengan nama gelar dan kekuasaan.
            d.Jangan pernah menunggu balas kasihan pada orang lain.

3.      Alur
Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir.

4.      Latar
Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
a.      Latar tempat
Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

b.      Latar Waktu
“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang.
       
c.       Latar Sosial
Dan di pelataran surau kiri itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun Ia sebagai Garim, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya.

5.      Penokohan
Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh.
a.       Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.
Bukti:
Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak membuat bualan tentang kakek ? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya pada kakek lagi: “Apa ceritanya, kek ?”
Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi kakek : “Bagaimana katanya, kek ?”.(hlm.9).
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya ceepat-ceepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku cari AjoSidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia.(hlm.16).

b.      Ajo Sidi adalah orang yang suka membual
Bukti:
Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi pemeo akhirnya. Ada-ada saja orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya….(hlm.8-9)

c.       Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.
Bukti:                    
Penggambaran watak seperti ini karena tokoh kakek mudah termakan cecrita Ajo Sidi. Padahal yang namanya cerita tidak perlu ditanggapi serius tetapi bagi si kakek hal itu seperti menelanjangi kehidupannya. Seandainya si kakek panjang akal dan pikirannya serta kuat imannya tidak mungkin ia mudah termakan cerita Ajo Sidi. Dia bisa segera bertobat dan bersyukur kepada Tuhan sehingga dia bisa membenahi hidup dan kehidupannya sesuai dengan perintah tuhannya. Tetapi sayang, dia segera mengambil jalan pintas malah masuk ke pintu dosa yang lebih besar.

d.      Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.
Bukti:
“ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak terpikirkan hidupkusendiri…(hlm.10).














KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN CERPEN “ROBOHNYA SURAU KAMI”
KARYA A.A. NAVIS


a.      Keunggulan
Keunggulan cerpen ini dari segi bahasa mudah dimengerti. Dari segi amanat cerpen ini memiliki pesan yang sangat religius dan dalam, yang dapat membuat tiap pembacanya sadar akan pentingnya berusaha di dunia dan beribadah untuk akhirat dalam artian penyeimbangan antara unsur agama dan unsur sosial.

b.      Kelemahan
1.      Kelemahan  cerpen ini pemilihan kata masih banyak yang kurang baik seperti “sekali hari aku datang mengupah kakek.” Kalimat itu masih kurang efektif dalam pemilihan katanya.
2.      Batasan agama yang terdapat dalam cerpen terdapat pada pemilihan kata ‘surau’. Kata ‘surau’ identik dengan tempat beribadah umat muslim. Sehingga bagi pembaca awam yang memeluk agama selain Islam merasa cerpen ini diperuntukan hanya untuk umat muslim saja. Seandainya kata ‘surau’ diganti dengan ‘tempat ibadah’ saja mungkin akan lebih menaikan nilai jual cerpen ini.
3.      Tokoh Aku pada cerpen ini seharusnya tidak perlu ditampilkan, karena tidak berpengaruh pada jalannya cerita atau bisa dikatakan “tanpa tokoh Aku, kejadian tetap terlaksana”. Jika tokoh Aku tidak ada, mungkin ini akan memperkecil kekurangan pada cerpen ini dan mencegah “pemborosan tokoh”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar