KRITIK STRUKTURAL CERPEN ROBOHNYA
SURAU KAMI
KARYA A.A. NAVIS
1.
Tema
Cerpen
ini tergolong cerpen yang bertema agama. Karena dari salah satu latar tempat
berada di surau atau musholla yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Kemudian
dari tokoh sentral si Kakek di cerita ini ia diceritakan rajin dan taat
beribadah serta bekerja sebagai penjaga surau. Kejadian di cerpen ini juga
menunjukkan cerpen ini bertema keagamaan karena diceritakan adanya peristiwa
yang terjadi di akhirat. Dimana akhirat adalah akhir dari seluruh makhluk di
dunia yang terdapat surga dan neraka di dalamnya.
2.
Amanat
a.Jangan
mudah tersinggung jika diejek seseorang.
b.Jangan sombong karena sombong bukanlah kunci untuk masuk surga.
c.Jangan terpesona dengan nama gelar dan kekuasaan.
d.Jangan pernah menunggu balas kasihan pada orang lain.
3.
Alur
Alur
cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah
berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa
bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir
bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir.
4.
Latar
Latar yang ada dalam cerpen ini
adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
a.
Latar
tempat
Kalau
beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota
kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar
akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan
sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir
melalui empat buah pancuran mandi.
b.
Latar
Waktu
“Pada
suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa
orang-orang yang sudah berpulang.
c.
Latar
Sosial
Dan
di pelataran surau kiri itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk
disana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah
bertahun-tahun Ia sebagai Garim, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya.
5.
Penokohan
Tokoh dalam
cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh.
a.
Tokoh Aku
berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.
Bukti:
Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan
kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak membuat bualan tentang
kakek ? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu. Lalu aku
tanya pada kakek lagi: “Apa ceritanya, kek ?”
Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang
memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi kakek : “Bagaimana katanya, kek
?”.(hlm.9).
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,”
kataku seraya ceepat-ceepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku
cari AjoSidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya
dia.(hlm.16).
b.
Ajo Sidi adalah
orang yang suka membual
Bukti:
Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu.
Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang
mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang
aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan
pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua
pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi pemeo akhirnya. Ada-ada saja orang di
sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya….(hlm.8-9)
c.
Kakek adalah
orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.
Bukti:
Penggambaran watak seperti ini karena
tokoh kakek mudah termakan cecrita Ajo Sidi. Padahal yang namanya cerita tidak
perlu ditanggapi serius tetapi bagi si kakek hal itu seperti menelanjangi
kehidupannya. Seandainya si kakek panjang akal dan pikirannya serta kuat
imannya tidak mungkin ia mudah termakan cerita Ajo Sidi. Dia bisa segera
bertobat dan bersyukur kepada Tuhan sehingga dia bisa membenahi hidup dan
kehidupannya sesuai dengan perintah tuhannya. Tetapi sayang, dia segera
mengambil jalan pintas malah masuk ke pintu dosa yang lebih besar.
d.
Haji Soleh yaitu
orang yang telah mementingkan diri sendiri.
Bukti:
“ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat
punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak
terpikirkan hidupkusendiri…(hlm.10).
KEUNGGULAN
DAN KELEMAHAN CERPEN “ROBOHNYA SURAU KAMI”
KARYA
A.A. NAVIS
a.
Keunggulan
Keunggulan cerpen ini dari segi
bahasa mudah dimengerti. Dari segi amanat cerpen ini memiliki pesan yang sangat
religius dan dalam, yang dapat membuat tiap pembacanya sadar akan pentingnya
berusaha di dunia dan beribadah untuk akhirat dalam artian penyeimbangan antara
unsur agama dan unsur sosial.
b.
Kelemahan
1. Kelemahan
cerpen ini pemilihan kata masih banyak
yang kurang baik seperti “sekali hari aku datang mengupah kakek.” Kalimat itu
masih kurang efektif dalam pemilihan katanya.
2. Batasan agama yang terdapat dalam cerpen terdapat pada pemilihan kata
‘surau’. Kata ‘surau’ identik dengan tempat beribadah umat muslim. Sehingga
bagi pembaca awam yang memeluk agama selain Islam merasa cerpen ini
diperuntukan hanya untuk umat muslim saja. Seandainya kata ‘surau’ diganti
dengan ‘tempat ibadah’ saja mungkin akan lebih menaikan nilai jual cerpen ini.
3. Tokoh Aku
pada cerpen ini seharusnya tidak perlu ditampilkan, karena tidak berpengaruh
pada jalannya cerita atau bisa dikatakan “tanpa tokoh Aku, kejadian tetap
terlaksana”. Jika tokoh Aku tidak ada, mungkin ini akan memperkecil kekurangan
pada cerpen ini dan mencegah “pemborosan tokoh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar