ANALISA TINDAK TUTUR DALAM NOVEL 'AYAT-AYAT CINTA'
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya sebagai
makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Mereka saling
berinteraksi dengan orang disekitarnya maupun dengan orang lain yang
jauh sekalipun. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita.
Setiap bahasa digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi
bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang
kepada orang lain, atau dari pembaca kepada pendengar, dan dari penulis
ke pembaca, manusia berinteraksi menyampaikan informasi kepada
sesamanya. Selain itu, orang dapat mengemukakan ide-idenya, baik secara
lisan maupun secara tulis/gambar.
Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa
itu berfungsi personal atau pribadi (menyebutnya fungsi emotif).
Maksudnya, sipenutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.
Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga
memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira (http:// www.linguisticjawa.org/)
Dilihat dari segi pendengar atau lawan
bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku
pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat pendengar melakukan
sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan yang dimaui si
pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur denan menggunakan
kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun
rayuan (http:// www.linguisticjawa.org/).
Jika dikaitkan antara penutur dan lawan
bicara akan terbentuk suatu tindak tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa
tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur
yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut
merupakan isi pembicaraan.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, maka
penulis akan mencoba mengkaji “analisa tindak tutur (speech act) dalam
novel ayat-ayat cinta”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui ;
1. Bagaimanakah tindak tutur lokusi dalam novel ayat-ayat cinta?
2. Bagaimanakah tindak tutur ilokusi dalam novel ayat – ayat cinta?
3. Bagaimanakah tindak tutur perlokusi dalam novel ayat – ayt cinta?
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Tindak Tutur/Speech Act
1. Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur (speech act) merupakan unsur
pragmatic yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca
serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tutur digunakan oleh
beberapa disiplin ilmu. Seorang kritikus sastra mempertimbangkan teori
tindak tutur untuk menjelaskan teks yang halus (sulit) atau untuk
memahami alam genre (jenis) sastra, para antropolog akan berkepentingan
dengan teori tindak tutur ini dapat mempertimbangkan mantra magis dan
ritual, para filosof melihat juga adanya aplikasi potensial diantara
berbagai hal, status pernyataan etis, sedangkan linguis (ahli bahasa)
melihat gagasan teori tindak tutur sebagai teori yang dapat diterapkan
pada berbagai masalah di dalam kalimat (sintaksis), semantic, pemelajar
bahasa kedua, dan yang lainnya. Di dalam linguistic pragmatic tindak
tutur tetap merupakan praduga dengan implikatur khusus. (Setiawan, 2005 :
16)
Menurut Chaer (2004 : 16) tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsugannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi
tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan
dalam tuturannya.
2. Konsep-konsep tindak tutur.
Konsep adalah penyebaran teori. Teori
tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya Searle
(Dalam Wijana, 1996 : 17) menyatakan bahwa secara pragmatis,
setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh
seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi,
tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.(Setiawan, 2005 : 17)
J.L Austin (Dalam Tarigan, 1994 : 109)
dalam bukunya yang berjudul “How to do things with words” telah
membedakan tiga jenis tindak tutur, yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan
tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2) tindak ilokusi (melakukan suatu
tindakan dalam menyatakan sesuatu), (3) tindak perlokusi (melakukan
sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu).
Untuk lebih jelasnya tentang ketiga teori tindak tutur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Tindak Lokusi
Wijana (Dalam Setiawan, 2005 : 18-19)
menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur untuk meyatakan
sesuatu. Tindak tutur ini disebut The Act of Saying Something.
Konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat.
Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang
terdiri atas dua unsur, yakni subjek atau topik dan predikat atau
comment yang relative paling mudah untuk diidentfikasikan karena
pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan
konteks tertuturnya tercakup dalam situasi tutur.
Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech
(dalam Setiawan, 2005 : 19) memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak
tutur lokusi berarti penutur menuturkan kepada mitra tutur bahwa
kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.
Dari batasan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu
dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap
mitra tuturnya.:
b. Tindak Ilokusi
Lubis (dalam Setiawan, 2005 : 22)
memberikan definisi lebih rinci dengan beberapa batasan mengenai tindak
ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan,
permintaan maaf dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan
bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.
Subyakto-Nababan (Dalam Setiawan, 2005 :
22) menambahkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang
diidentifikasikan dengan kalimat pelaku yang eksplisif. Tindak ilokusi
merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang lain yang terungkap
dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte kepada dan
sebaginya.
c. Tindak Perlokusi
Menurut Wijana (dalam Setiawan, 2005 :
25) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud
untuk mempengaruhi lawan tutur.
Subyakto-Nababan (dalam Setiawan, 2005 :
25) memberian definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa
yang dilkakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang lain.
Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat
masuk dalam kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang
kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur.
Verba tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi, diantaranya dapat dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni :
1) Mendorong mitra tutur mempelajari
bahwa : meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, menganjurkan,
membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti,
memikat, menawan, menggelikan hati.
2) membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan, mengalihkan, mengganggu, membingungkan.
3) membuat mitra tutur memikirkan
tentang : mengurangi ketegangan, memalukan, mempersukar, menarik,
perhatian, menjemukan, membosankan. (dalam Setiawan, 2005 : 25-26)
(http//www.pragmatic.org/com)
B. Novel Ayat-Ayat Cinta
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa
yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel
disebut novelis. Kata novel berasal dari Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”. (http//www.id.wikipedia.org/ww/novel)
Novel ayat-ayat cinta adalah novel islami
yang ditulis oleh Habiburahman El-Shirazy. Pengarang muda yang akrab
dipanggil Kang Abik ini adalah Sarjana Al-Azhar University Cairo. Novel
Ayat-ayat cinta diterbitkan oleh Republika Jakarta bekerjasama dengan
Pesantren Basmala Indonesia, dan telah mengalami 22x cetakan dari tahun
2004 s/d tahun 2007. Novel ini berisi 403 halaman dengan 33 bab.
Novel ini juga disebut novel Pembangun
Jiwa karena isinya yang sangat menggugah jiwa dan mengandung nilai-nilai
agama yang dikemas dengan bahasa yang indah dan tidak menggurui. Hal
ini dapat dilihat dari salah satu komentar pembaca :
“Bagus…! Sebuah novel tentang seorang
sntri salaf metropolis dan musafir yang haus ilmu. Keindahan cinta
dibangun dibawah terang cahaya petunjuk. Tak berlebih bil disebut
sebagai Novel Pembangun Jiwa. “ (Ahmad Tohari, Sastrawan, Pengarang Fenomenal Trilogy ”Ronggeng Dukuh Paruk”)
Menggunakan bahasa yang indah dan
natural, novel ini memadukan dakwah, tema cinta, dan latar belakang
budaya suatu bangsa. Menceritakan seorang mahasiawa al-azhar yang
berasal dari Indonesia bernama fhri. Fahri pribadi yang kuat, teguh dan
taat menjalankan syari’at agama. Kemudian di menikah dengan gadis kaya
keturunan jerman bernama aisha. Masalah muncul ketika fahri difitnah
telah memperkos Noura, gadis Mesir yang pernah ditolongnya. Kemudian
berkat kesaksian Maria, gadis Mesir Koptik yang kemudian menjadi istri
keduanya, Fahri dibebaskan. Cerita ini ditutup dengan menjelang
detik-detik kematian Maria yang masuk islam.
C. Anlisa Tindak Tutur Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
Dalam novel ayat-ayat cinta karya
Habiburrahman El-Shirzy ini diperoleh beberapa dialog yang menunjukkan
adanya peristiwa tindak tutur yang beberapa diantaranya diuraikan sebagi
berikut :
1. Lokusi
Ø data 1
“ anakku, kau sudah seht betul ?” tanya syaikh usman
“alhamdulillah, syaikh,” jawab fahri
(hal 200)
Dalam dilog ini, fahri tidak perlu
mengutarkan keadaannya secara detail, karena dengan jawabn alhamdulillah
tsb sudah menunjukkan bhwa keadaan fahri sehat.
Ø Data 2
“mas fahri, udaranya terllu panas. Cuacanya buruk. Apa tidak sebaiknya istirahatdi rumah?”
(Sran syaiful ktika melihat fahri yang akan bersiap pergi) (hal 18)
Dalam dialog ini syaiful menyarankan
fahri untuk tidak jadi pergi walaupun syaiful tahu hal ini tidak mungkin
dilakukan fahri karena fahri sudah siap akan berangkat.
2. Ilokusi
Ø data
“ belikan disken. Dua. Aku mls keluar.”
(pinta maria ketika fahri mau keluar). (hal 22)
dialog ini termasuk tindakan ilokusi karena maria meminta fahri membelikan kaset, yang belum tentu kasetnya didapat atau tidak
Ø data 2
“jika istrimu nanti mau diajak hidup di Indonesia, tidak terlalu jauh dri ibu, maka maka menikahlah dan ibu merestui,………”
(ketika fahri meminta izin ibunya untuk menikah). (hal 204)
Data di atas termasuk jenis tindak tutur
ilokusi karena si penutur berusaha untuk mengarahkan pendengar untuk
melakuakn seperti apa yang didinginkannya sekalipun sifatnya hanya
tawaran yang masih ragu dilkukan apa tidk.
3. Perlokusi
Ø data 1
“ ya kapten, wahid shubra! (kapten, shubra satu!)
(Sang penjaga loket langsung mengambilkan 1 karcis ke shubra) (hal 32)
Ketika penutur mengucapkan kata tersebut,
si pendengar langsung mengambulkan tiket. Hal ini karena apa yang
disampaikan penutur mempengaruhi pendengar untuk melakukan perbuatan
seperti apa yang di minta penutur.
Ø Data 2
“hei orang Indonesia, kalau benar kau s.2. di al-azhar mana kartumu?”
(fahri langsung mengambil kartunya).(hal 46)
Ketika si penutur mengucapkan dialog
tersebut, maka si pendengar langsung mengambil kartunya, hal ini karena
apa yang disampaikan si penutur mampu mempengaruhi si pendengar untuk
melakukan sesuatu, dan ini termasuk dalam konsep perlokusi.
Ø Data 3
“bitte, schreiben sie ihren namen!” (“maaf, bias tuliskan nama anda!”).
(sebenarnya mereka sudah sling
menyebutkan nama tapi aisha meminta fahri menulis namanya, dan fhri
menulis nama dan alamat serta nomer telponnya).(hal 56)
Data diatas juga menunjukkan sebuah
perlokusi dimana ketika si penutur mengucapkan dialog tersebut, maka si
pendengar memahami makna tersirat yang ingin disampaikan yakni untuk
menulis alamat dan nomor telfon, sehingga otomatis kalimat dari si
penutur mempengaruhi si pendengar untuk melakukan sesuatu yakni menulis
alamat dan nomer telponnya.
Sumber :
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/analisa-tindak-tutur-speech-act-dalam-novel-ayat-ayat-cinta/