Daftar Isi

Selasa, 23 April 2013


MASMIRAH
Karya : Arthur S. Nalan
TERDENGAR GENDING JAWA LALER MENGENG SEBAGAI ILUSTRASI. MUNCUL MASMIRAH YANG TENGAH HAMIL TUA. IA TAMPAK BAHAGIA SAMBIL MEMBAWA WAYANG KULIT GATOTKACA. TERDENGAR PUISI YANG DILANTUNKAN MASMIRAH SENDIRI DALAM BENTUK TEMBANG JAWA.
Masmirah
Masmirah
Kamu hamil aneh
Kandungan tanpa bayi
Hanya ada bunyi detak jantung dan angin puyuh
Masmirah
Masmirah
Kata dokter kamu sakit
Kata Kiai kamu mendapat anugrah Gusti Allah
Masmirah
Masmirah
Biar umpatan dan fitnahan datang menghampiri
Bayi setan atau bayi siluman
Kamu tak pedulikan
Hingga bintang kemukus datang
Bayi lahir bercahaya
Tapi mati muda.
Masmirah
Masmirah
Berkat anak yang pernah kau kandung
Kamu jadi Mbok Pagedhongan
Paranormal yang terkenal
MASMIRAH
Saya sudah bilang kamu itu hanya hamil-hamilan, anak yang kamu anggap ada itu hanya karang-karangan, anak lanang yang kamu cita-citakan hanya baying-bayang wajah Raden Gatotkaca idolamu saja! Sudahlah Mirah, berhenti kau berkhayal tentang bayimu itu, kalau tidak aku akan pergi jauh.
( PADA PENONTON ) begitu kalimat pahit yang keluar dari mulut Mas Mardowo, suami kedua. Ketika ia tak kuat lagi mendengar caci maki dan umpatan para tetangga, seisi kampung, tetangga kampung yang  kebetulan bertemu dengannya di pasar dawetan. Sambil menunggu tamu yang dating, saya ingin berbagi kisah. ( DIAM MENGINGAT ) Suamiku itu mungkin lupa, kalau yang namanya ibu atau Mbok itu harus pasrah, tabah, sumarah, iman, eling dan tentu saja tawakal pada gusti allah, apapun yang terjadi dengan bayi yang kukandung waktu itu, aku tak akan pernah mendengar omongan orang Kang, biar saja mereka mengumpati aku semau mereka, jinah silumanlah, jinah memedilah, ngelmu demitlah, karena aku sudah terima nasibku, aku yakin seyakin-yakinnya bahwa Gusti Allah maha adil, maha welas asih, dan tidak main-main. Jangan lupa Kang, anak adalah titipan Allah, jadi aku hanya pengasuhnya. Eh, Mas Mardowo tambah kenceng ngomongnya, begini katanya: Tapi Mirah, mimpi kamu dengan Raja Mojopahit itu apa tidak keterlaluan, kamu berhayal yang bukan-bukan, katanya dia mau menikahimu, kamu bilang sudah punya suami…itu bagus, tapi akhirnya kamu mau juga, lalu kamu hamil. Jadi hamil bukan anaku, tapi anak Raja Mojopahitmu itu. Aku gak tahan, aku mau pergi. Aku akan datang lagi kalau kamu sudah insyaf. ( DIAM ) Saya hanya melongo, saya dikiranya melakukan perbuatan jahat. Lalu suamiku pergi sambil menyambar jaket kulitnya, yang terdengar motornya nyaring lalu menghilang, dia tidak pulang, karena jadi penghuni rehabilitasi narkoba. Begitulah dia, maklum pemuda ndeso, mudah tergoda, mudah terhasut para tetangga yang tak mau tahu apa yang terjadi pada seorang perempuan seperti saya, janda beranak satu, ditinggal mati suami. Oh ya, suamiku dulu namanya Kang Kasmino, tukang sumur bor dari Blawong yang terkenal itu. Sudah banyak sumur yang dia hasilkan, airnya jernih-jernih, namun suatu ketika Kang Kasmino mengalami mimpi aneh, ketika bikin sumur bor di dekat hutan Karang Kekot. Katanya ia dimarahi Mbahurekso disana, berani-beraninya dia bikin sumur di makam cucunya yang dia kasihi, lalu dia jatuh sakit, lalu dia jadi meninggal. Tapi dokter yang memeriksa Kang Kasmino mengatakan, suamiku kena serangan jantung karena kecapaian saja, tubuhnya yang tambun tapi ototnya kuat dan karismanya itu lho, ia punya sepuluh anak buah. Oh ya, anaku perempuan, namanya hampir seperti namaku, Maswidari, sekarang ikut ibuku membantu praktek pijit bayi di Srondol. ( PADA PENONTON ) Jangan tertawa, pijit bayi saja heran, pijit bayi itu penting untuk kelancaran darah si Bayi. Ibuku biasa dipanggil Mbok Polatan yang artinya air muka, memang Mboku tak pernah masam air mukanya, selalu tersenyum, ramah, cerah secerah matahari,jarang marah, satu-satunya yang membuatku tak habis piker darinya adalah susur tembakau yang digular-gulir dimulutnya, kadang ke kiri, kadang ke kanan. Lalu air serapannya, dia ludahkan di Tempolong Kuningan. Warnanya sudah hitam, sementara Tempolong Kuningan di sampingnya sudah kenyang menampung ludahnya. Tapi itu ciri khasnya, suatu hari aku tanya Mbok apa enaknya nyusur? Dengan air muka yang tenang, ia menjawab: Nduk, kamu harus tahu, nyusur adalah tradisi putra putri Mojopahit, sejak Dara Petak dan Dara Jingga yang dari Sabrangan jadi istri Raden Wijaya, sejak saat itulah makan sirih dan nyusur jadi budaya istana. Mbok hanya melanjutkan warisan leluhur saja, Nduk.
( TERTAWA ) Jangan percaya saya, itu hanya karangan Mboku saja. Oh ya, kini anaku Maswidari berumur sepuluh tahun, wajahnya bulat seperti bapaknya, tapi air mukanya cerah seperti Mboku. Apa air muka saya juga cerah?  Waktu itu kandunganku sudah mencapai satu tahun. Kata orang-orang tua saya harus diruwat, tapi waktu aku bilang lewat surat pada Mboku, lalu balasannya dituliskan, Maswidari anaku. Dia Cuma bilang: Lakoni saja Nduk, Gusti Allah tidak main-main, hanya orang-orang yang cupet saja yang menuduhmu aneh-aneh. Begitu singkat, tapi membesarkan hatiku, karena itu saya jalani seperti ini. ( MENGAMBIL AIR KENDI LALU MEMASUKKAN BUNGA SETAMAN KE DALAM KENDI ) Aneh ya? Bagi tetangga-tetanggaku ini aneh, ini gendeng. Masmirah minumannya air kembang, yang suka kembang kan Cuma memedi. Mereka itu sembarangan, mereka bilang yang suka kembang itu cuma memedi, siapa bilang? Memedi gak ada urusannya dengan kembang, justru semua perempuan normal pasti suka kembang. Pada mulanya aku tidak sengaja minum air kembang dari kendi ini. Kebetulan aku memetik mawar dari halaman. Oh ya, rumahku kecil, tapi Mboku ,mewanti-wanti apa saja yang harus ditanam di halaman rumah, apa saja yang tidak boleh ditanam. Sewaktu aku mau menaruh setangkai bunga mawar di vas bunga diatas meja, seperti biasa ada kendi besar yang dibalur semen biar adem airnya, eh tangkai bunganya patah lalu bunganya masuk ke dalam kendi, plos, begitu saja. Mau tak ambil lagi yo gak mungkin, mosok harus memecahkan kendi demi bunga, ah sudahlah. Akhirnya aku meminum air kendi bercampur bunga mawar di dalamnya, eh malahan rasanya segar dan air kendi jadi harum. Sejak itu aku minum air kembang. Dan anehnya, tubuhku rasanya segar terus, bahkan aku merasa tenagaku berlipat ganda. Melihat begitu, para tetangga mulai bergunjing saya mengandung memedi.
( DUDUK LALU BICARA PADA PENONTON ) Oh ya, karena penasaran, saya diantar Mas Mardowo, sebelum dia kabur. Kami pergi ke Rumah Sakit Kabupaten. Saya diperiksa dokter kandungan, kalau tidak salah namanya Bob, setelah diperiksa selama kurang lebih setengah jam, dokter Bob hanya bilang: Ibu tidak mengandung, ini hanya pusaran angin yang tinggal di rahim ibu. Saya dan suami saya saling pandang, tanpa sadar bicara bareng: Hanya angin? Mosok angin? Emangnya masuk angin bias tinggal di rahim? ( DIAM ) Dokter Bob angkat tangan, lalu tiba-tiba perutku sakit. Dokter Bob malah menyarankan kami pulang, dia bilang: apa yang bisa saya bantu? Wong kandungannya cuma pusaran angin? Kami pulang, saya kecewa ama dokter itu. Kemudian saya coba ke Kiayi Mauludin di Botekan, seorang Kiayi baik hati, terkenal bias ngobatin penyakit yang aneh-aneh, saya masih diantar suamiku. Kiayi Mauludin diam tenang memandang kandunganku, mulutnya komat kamit, aku diberi air bening satu gelas. Emm, rasanya segar, saya bersemangat sekali ketika disuruh menceritakan pengalamanku sebelum mengandung yang kata orang kandungan memedi ini. Saya ceritakan bagaimana saya mimpi ketemu Raja Mojopahit, bagaimana dia mengajakku menikah, bagaimana dia mengajakku keliling kerajaan, dan akhirnya saya terbuai. Mungkin kurang kasih sayang suami, suami penyayang Kang Kasmino pendek umurnya, sementara Mas Mardowo hanya mau saya kalau saya punya uang hasil panenan. Setelah itu habis dimeja judi. ( DIAM ) setelah itu Kiayi Mauludin mendekatkan tangannya, lalu menyentuh perutku. Dia diam tapi tampak seperti sedang mengobrol, entah mengobrol dengan siapa. Setelah itu dia berkata: Nduk, Masmirah anaku, kamu mendapat anugerah Gusti Allah. Kamu mengandung, aku sudah bicara dengan bayimu. Dia bersedia lahir kr dunia, nanti kalau bintang kemukus datang. Tunggu saja dengan sabar, banyak berdoa. Jangan dengarkan omongan yang bukan-bukan. Gusti Allah punya cara yang berbeda memberikan anugerah pada umatnya. ( BERDIRI ) Sejak itu saya semakin optimis, saya percaya Kiai Mauludin tidak bohong, saya yakin mengandung. Biarlah kutunggu bintang kemukus dating. Karena itu setiap malam, aku bergadang di pekarangan rumah, tidak terasa dingin, malahan gerah dan gairah menunggu bintang kemukus datang. Hingga pada suatu malam, sampailah ucapan Kiayi jadi kenyataan, bintang kemukus datang. Saya menyaksikan dengan hati berdebar, jantung saya dagdigdug, karena tiba-tiba kandunganku bergolak, seperti meronta-ronta, ada tinju-tinju kecil memukul-mukul dinding perutku, aku segera berteriak memanggil-manggil Mas Mardowo : Mas Dowo…! Mas Dowo…! Saya mau melahirkan! Kejadiannya sangat cepat, ketika Mas Mardowo datang, saya dibantu masuk rumah lalu ditidurkan di ranjang, Mbok Sepen, dukun beranak yang kebetulan tidak jauh tinggalnya, yang awalnya menolak, karena takut kena tulah dan dia menganggap sama pada bayi yang kukandung, anak memedi. Tapi akhirnya setelah melihat aku tampak menahan sakit dan meringis-ringis sebagai tanda sebuah kelahiran, Mbok Sepen turun tangan. Malam itu, ketika bintang kemukus datang, saya melahirkan seorang bayi laki-laki, Putra Raja Mojopahit. Hanya sesaat tangisan bayi itu, seakan-akan memanggiku : terimakasih ibu. Setelah itu, bayi laki-laki yang belum kuberi nama itu meninggal. Kulitnya yang kuning, rambutnya yang hitam, senyumnya menarik hatiku. Malam itu juga bayi itu kuberi nama Sembodo yang artinya serba lengkap. Malam itu juga, ia dimandikan dibawah cahaya bintang kemukus, lalu dikafani dan dikubur di belakang rumah. Anehnya saya tidak menangis. Malam itu juga, saya bermimpi bertemu Raja Mojopahit, didampingi seorang anak persis Sembodo, tetapi berpakaian Kerajaan. Raja Mojopahit itu berkata : Masmirah, kamu wanita yang baik hati, anak kita sudah kau lahirkah dengan hati yang tulus, kau beri nama Sembodo. Anak ini memang bernama Ken Sembodo. Dan kamu, sejak sekarang orang-orang akan memanggilmu Mbok Pagedhongan, Pagedhongan artinya cerita dalang ketika wayang belum dikeluarkan, bisa juga artinya pedoman. Kamu akan menjadi penolong sesama. ( DIAM ) sejak saat itulah saya tak pernah bermimpi lagi, tapi sejak saat itu pula saya mampu mengobati tetangga yang sakit, orang-orang bicara getok tular, pada berdatangan. Saya tidak mengobati, hanya member air kendi yang diberi mawar, kesukaannya Sembodo. Sejak saat itu saya menjadi Mbok Pagedhongan yang kata orang kota, saya ini Paranormal. Padahal, saya orang normal saudara-saudara. Karena ini hanya sandiwara yang saya mainkan.
——-T A M A T——-
Di ketik ulang untuk keperluan monolog kelompok satukosongdelapan 2010.
Curex.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar