MASMIRAH
Karya : Arthur S. Nalan
TERDENGAR GENDING JAWA LALER MENGENG SEBAGAI ILUSTRASI. MUNCUL MASMIRAH YANG TENGAH HAMIL TUA. IA TAMPAK BAHAGIA
SAMBIL MEMBAWA WAYANG KULIT GATOTKACA. TERDENGAR PUISI YANG DILANTUNKAN
MASMIRAH SENDIRI DALAM BENTUK TEMBANG JAWA.
Masmirah
Masmirah
Kamu hamil
aneh
Kandungan
tanpa bayi
Hanya ada
bunyi detak jantung dan angin puyuh
Masmirah
Masmirah
Kata dokter
kamu sakit
Kata Kiai
kamu mendapat anugrah Gusti Allah
Masmirah
Masmirah
Biar umpatan
dan fitnahan datang menghampiri
Bayi setan
atau bayi siluman
Kamu tak
pedulikan
Hingga
bintang kemukus datang
Bayi lahir
bercahaya
Tapi mati
muda.
Masmirah
Masmirah
Berkat anak
yang pernah kau kandung
Kamu jadi
Mbok Pagedhongan
Paranormal
yang terkenal
MASMIRAH
Saya sudah bilang kamu itu hanya
hamil-hamilan, anak yang kamu anggap ada itu hanya karang-karangan, anak lanang
yang kamu cita-citakan hanya baying-bayang wajah Raden Gatotkaca idolamu saja!
Sudahlah Mirah, berhenti kau berkhayal tentang bayimu itu, kalau tidak aku akan
pergi jauh.
( PADA PENONTON ) begitu kalimat pahit
yang keluar dari mulut Mas Mardowo, suami kedua. Ketika ia tak kuat lagi
mendengar caci maki dan umpatan para tetangga, seisi kampung, tetangga kampung
yang kebetulan bertemu dengannya di pasar dawetan. Sambil menunggu tamu
yang dating, saya ingin berbagi kisah. ( DIAM MENGINGAT ) Suamiku itu mungkin
lupa, kalau yang namanya ibu atau Mbok itu harus pasrah, tabah, sumarah, iman,
eling dan tentu saja tawakal pada gusti allah, apapun yang terjadi dengan bayi
yang kukandung waktu itu, aku tak akan pernah mendengar omongan orang Kang,
biar saja mereka mengumpati aku semau mereka, jinah silumanlah, jinah
memedilah, ngelmu demitlah, karena aku sudah terima nasibku, aku yakin
seyakin-yakinnya bahwa Gusti Allah maha adil, maha welas asih, dan tidak
main-main. Jangan lupa Kang, anak adalah titipan Allah, jadi aku hanya
pengasuhnya. Eh, Mas Mardowo tambah kenceng ngomongnya, begini katanya: Tapi
Mirah, mimpi kamu dengan Raja Mojopahit itu apa tidak keterlaluan, kamu
berhayal yang bukan-bukan, katanya dia mau menikahimu, kamu bilang sudah punya
suami…itu bagus, tapi akhirnya kamu mau juga, lalu kamu hamil. Jadi hamil bukan
anaku, tapi anak Raja Mojopahitmu itu. Aku gak tahan, aku mau pergi. Aku akan
datang lagi kalau kamu sudah insyaf. ( DIAM ) Saya hanya melongo, saya
dikiranya melakukan perbuatan jahat. Lalu suamiku pergi sambil menyambar jaket
kulitnya, yang terdengar motornya nyaring lalu menghilang, dia tidak pulang,
karena jadi penghuni rehabilitasi narkoba. Begitulah dia, maklum pemuda ndeso,
mudah tergoda, mudah terhasut para tetangga yang tak mau tahu apa yang terjadi
pada seorang perempuan seperti saya, janda beranak satu, ditinggal mati suami.
Oh ya, suamiku dulu namanya Kang Kasmino, tukang sumur bor dari Blawong yang terkenal
itu. Sudah banyak sumur yang dia hasilkan, airnya jernih-jernih, namun suatu
ketika Kang Kasmino mengalami mimpi aneh, ketika bikin sumur bor di dekat hutan
Karang Kekot. Katanya ia dimarahi Mbahurekso disana, berani-beraninya dia bikin
sumur di makam cucunya yang dia kasihi, lalu dia jatuh sakit, lalu dia jadi
meninggal. Tapi dokter yang memeriksa Kang Kasmino mengatakan, suamiku kena
serangan jantung karena kecapaian saja, tubuhnya yang tambun tapi ototnya kuat
dan karismanya itu lho, ia punya sepuluh anak buah. Oh ya, anaku perempuan,
namanya hampir seperti namaku, Maswidari, sekarang ikut ibuku membantu praktek
pijit bayi di Srondol. ( PADA PENONTON ) Jangan tertawa, pijit bayi saja heran,
pijit bayi itu penting untuk kelancaran darah si Bayi. Ibuku biasa dipanggil
Mbok Polatan yang artinya air muka, memang Mboku tak pernah masam air mukanya,
selalu tersenyum, ramah, cerah secerah matahari,jarang marah, satu-satunya yang
membuatku tak habis piker darinya adalah susur tembakau yang digular-gulir dimulutnya,
kadang ke kiri, kadang ke kanan. Lalu air serapannya, dia ludahkan di Tempolong
Kuningan. Warnanya sudah hitam, sementara Tempolong Kuningan di sampingnya
sudah kenyang menampung ludahnya. Tapi itu ciri khasnya, suatu hari aku tanya
Mbok apa enaknya nyusur? Dengan air muka yang tenang, ia menjawab: Nduk, kamu
harus tahu, nyusur adalah tradisi putra putri Mojopahit, sejak Dara Petak dan
Dara Jingga yang dari Sabrangan jadi istri Raden Wijaya, sejak saat itulah
makan sirih dan nyusur jadi budaya istana. Mbok hanya melanjutkan warisan
leluhur saja, Nduk.
( TERTAWA ) Jangan percaya saya, itu
hanya karangan Mboku saja. Oh ya, kini anaku Maswidari berumur sepuluh tahun,
wajahnya bulat seperti bapaknya, tapi air mukanya cerah seperti Mboku. Apa air
muka saya juga cerah? Waktu itu kandunganku sudah mencapai satu tahun.
Kata orang-orang tua saya harus diruwat, tapi waktu aku bilang lewat surat pada
Mboku, lalu balasannya dituliskan, Maswidari anaku. Dia Cuma bilang: Lakoni
saja Nduk, Gusti Allah tidak main-main, hanya orang-orang yang cupet saja yang
menuduhmu aneh-aneh. Begitu singkat, tapi membesarkan hatiku, karena itu saya
jalani seperti ini. ( MENGAMBIL AIR KENDI LALU MEMASUKKAN BUNGA SETAMAN KE
DALAM KENDI ) Aneh ya? Bagi tetangga-tetanggaku ini aneh, ini gendeng. Masmirah
minumannya air kembang, yang suka kembang kan Cuma memedi. Mereka itu
sembarangan, mereka bilang yang suka kembang itu cuma memedi, siapa bilang?
Memedi gak ada urusannya dengan kembang, justru semua perempuan normal pasti
suka kembang. Pada mulanya aku tidak sengaja minum air kembang dari kendi ini.
Kebetulan aku memetik mawar dari halaman. Oh ya, rumahku kecil, tapi Mboku
,mewanti-wanti apa saja yang harus ditanam di halaman rumah, apa saja yang
tidak boleh ditanam. Sewaktu aku mau menaruh setangkai bunga mawar di vas bunga
diatas meja, seperti biasa ada kendi besar yang dibalur semen biar adem airnya,
eh tangkai bunganya patah lalu bunganya masuk ke dalam kendi, plos, begitu
saja. Mau tak ambil lagi yo gak mungkin, mosok harus memecahkan kendi demi
bunga, ah sudahlah. Akhirnya aku meminum air kendi bercampur bunga mawar di
dalamnya, eh malahan rasanya segar dan air kendi jadi harum. Sejak itu aku
minum air kembang. Dan anehnya, tubuhku rasanya segar terus, bahkan aku merasa
tenagaku berlipat ganda. Melihat begitu, para tetangga mulai bergunjing saya
mengandung memedi.
( DUDUK LALU BICARA PADA PENONTON ) Oh
ya, karena penasaran, saya diantar Mas Mardowo, sebelum dia kabur. Kami pergi
ke Rumah Sakit Kabupaten. Saya diperiksa dokter kandungan, kalau tidak salah
namanya Bob, setelah diperiksa selama kurang lebih setengah jam, dokter Bob
hanya bilang: Ibu tidak mengandung, ini hanya pusaran angin yang tinggal di
rahim ibu. Saya dan suami saya saling pandang, tanpa sadar bicara bareng: Hanya
angin? Mosok angin? Emangnya masuk angin bias tinggal di rahim? ( DIAM ) Dokter
Bob angkat tangan, lalu tiba-tiba perutku sakit. Dokter Bob malah menyarankan
kami pulang, dia bilang: apa yang bisa saya bantu? Wong kandungannya cuma
pusaran angin? Kami pulang, saya kecewa ama dokter itu. Kemudian saya coba ke
Kiayi Mauludin di Botekan, seorang Kiayi baik hati, terkenal bias ngobatin
penyakit yang aneh-aneh, saya masih diantar suamiku. Kiayi Mauludin diam tenang
memandang kandunganku, mulutnya komat kamit, aku diberi air bening satu gelas.
Emm, rasanya segar, saya bersemangat sekali ketika disuruh menceritakan
pengalamanku sebelum mengandung yang kata orang kandungan memedi ini. Saya
ceritakan bagaimana saya mimpi ketemu Raja Mojopahit, bagaimana dia mengajakku
menikah, bagaimana dia mengajakku keliling kerajaan, dan akhirnya saya terbuai.
Mungkin kurang kasih sayang suami, suami penyayang Kang Kasmino pendek umurnya,
sementara Mas Mardowo hanya mau saya kalau saya punya uang hasil panenan.
Setelah itu habis dimeja judi. ( DIAM ) setelah itu Kiayi Mauludin mendekatkan
tangannya, lalu menyentuh perutku. Dia diam tapi tampak seperti sedang
mengobrol, entah mengobrol dengan siapa. Setelah itu dia berkata: Nduk,
Masmirah anaku, kamu mendapat anugerah Gusti Allah. Kamu mengandung, aku sudah
bicara dengan bayimu. Dia bersedia lahir kr dunia, nanti kalau bintang kemukus
datang. Tunggu saja dengan sabar, banyak berdoa. Jangan dengarkan omongan yang
bukan-bukan. Gusti Allah punya cara yang berbeda memberikan anugerah pada umatnya.
( BERDIRI ) Sejak itu saya semakin optimis, saya percaya Kiai Mauludin tidak
bohong, saya yakin mengandung. Biarlah kutunggu bintang kemukus dating. Karena
itu setiap malam, aku bergadang di pekarangan rumah, tidak terasa dingin,
malahan gerah dan gairah menunggu bintang kemukus datang. Hingga pada suatu
malam, sampailah ucapan Kiayi jadi kenyataan, bintang kemukus datang. Saya
menyaksikan dengan hati berdebar, jantung saya dagdigdug, karena tiba-tiba
kandunganku bergolak, seperti meronta-ronta, ada tinju-tinju kecil
memukul-mukul dinding perutku, aku segera berteriak memanggil-manggil Mas
Mardowo : Mas Dowo…! Mas Dowo…! Saya mau melahirkan! Kejadiannya sangat cepat,
ketika Mas Mardowo datang, saya dibantu masuk rumah lalu ditidurkan di ranjang,
Mbok Sepen, dukun beranak yang kebetulan tidak jauh tinggalnya, yang awalnya
menolak, karena takut kena tulah dan dia menganggap sama pada bayi yang
kukandung, anak memedi. Tapi akhirnya setelah melihat aku tampak menahan sakit
dan meringis-ringis sebagai tanda sebuah kelahiran, Mbok Sepen turun tangan.
Malam itu, ketika bintang kemukus datang, saya melahirkan seorang bayi
laki-laki, Putra Raja Mojopahit. Hanya sesaat tangisan bayi itu, seakan-akan
memanggiku : terimakasih ibu. Setelah itu, bayi laki-laki yang belum kuberi
nama itu meninggal. Kulitnya yang kuning, rambutnya yang hitam, senyumnya
menarik hatiku. Malam itu juga bayi itu kuberi nama Sembodo yang artinya serba
lengkap. Malam itu juga, ia dimandikan dibawah cahaya bintang kemukus, lalu
dikafani dan dikubur di belakang rumah. Anehnya saya tidak menangis. Malam itu
juga, saya bermimpi bertemu Raja Mojopahit, didampingi seorang anak persis
Sembodo, tetapi berpakaian Kerajaan. Raja Mojopahit itu berkata : Masmirah,
kamu wanita yang baik hati, anak kita sudah kau lahirkah dengan hati yang
tulus, kau beri nama Sembodo. Anak ini memang bernama Ken Sembodo. Dan kamu,
sejak sekarang orang-orang akan memanggilmu Mbok Pagedhongan, Pagedhongan
artinya cerita dalang ketika wayang belum dikeluarkan, bisa juga artinya
pedoman. Kamu akan menjadi penolong sesama. ( DIAM ) sejak saat itulah saya tak
pernah bermimpi lagi, tapi sejak saat itu pula saya mampu mengobati tetangga
yang sakit, orang-orang bicara getok tular, pada berdatangan. Saya tidak
mengobati, hanya member air kendi yang diberi mawar, kesukaannya Sembodo. Sejak
saat itu saya menjadi Mbok Pagedhongan yang kata orang kota, saya ini
Paranormal. Padahal, saya orang normal saudara-saudara. Karena ini hanya
sandiwara yang saya mainkan.
——-T A M A T——-
Di ketik ulang untuk keperluan monolog
kelompok satukosongdelapan 2010.
Curex.
Curex.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar