Daftar Isi

Minggu, 13 Oktober 2013

ANALISA TINDAK TUTUR DALAM NOVEL 'AYAT-AYAT CINTA'


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang disekitarnya maupun dengan orang lain yang jauh sekalipun. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Setiap bahasa digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain, atau dari pembaca kepada pendengar, dan dari penulis ke pembaca, manusia berinteraksi menyampaikan informasi kepada sesamanya. Selain itu, orang dapat mengemukakan ide-idenya, baik secara lisan maupun secara tulis/gambar.
Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (menyebutnya fungsi emotif). Maksudnya, sipenutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira (http:// www.linguisticjawa.org/)
Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan yang dimaui si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur denan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan (http:// www.linguisticjawa.org/).

Jika dikaitkan antara penutur dan lawan bicara akan terbentuk suatu tindak tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut merupakan isi pembicaraan.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, maka penulis akan mencoba mengkaji  “analisa tindak tutur (speech act) dalam novel ayat-ayat cinta”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui ;
1.              Bagaimanakah tindak tutur lokusi dalam novel ayat-ayat cinta?
2.              Bagaimanakah tindak tutur ilokusi dalam novel ayat – ayat cinta?
3.              Bagaimanakah tindak tutur perlokusi dalam novel ayat – ayt cinta?

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Tindak Tutur/Speech Act
1.      Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur (speech act) merupakan unsur pragmatic yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Seorang kritikus sastra mempertimbangkan teori tindak tutur untuk menjelaskan teks yang halus (sulit) atau untuk memahami alam genre (jenis) sastra, para antropolog akan berkepentingan dengan teori tindak tutur ini dapat mempertimbangkan mantra magis dan ritual, para filosof melihat juga adanya aplikasi potensial diantara berbagai hal, status pernyataan etis, sedangkan linguis (ahli bahasa) melihat gagasan teori tindak tutur sebagai teori yang dapat diterapkan pada berbagai masalah di dalam kalimat (sintaksis), semantic, pemelajar bahasa kedua, dan yang lainnya. Di dalam linguistic pragmatic tindak tutur tetap merupakan praduga dengan implikatur khusus. (Setiawan, 2005 : 16)
Menurut Chaer (2004 : 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsugannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.
2.      Konsep-konsep tindak tutur.
Konsep adalah penyebaran teori. Teori tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya Searle (Dalam Wijana, 1996 : 17) menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.(Setiawan, 2005 : 17)
J.L Austin (Dalam Tarigan, 1994 : 109) dalam bukunya yang berjudul “How to do things with words” telah membedakan tiga jenis tindak tutur, yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2) tindak ilokusi (melakukan suatu tindakan dalam menyatakan sesuatu), (3) tindak perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu).
Untuk lebih jelasnya tentang ketiga teori tindak tutur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a.         Tindak Lokusi
Wijana (Dalam Setiawan, 2005 : 18-19) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur untuk meyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut The Act of Saying Something. Konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri atas dua unsur, yakni subjek atau topik dan predikat atau comment yang relative paling mudah untuk diidentfikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tertuturnya tercakup dalam situasi tutur.
Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech (dalam Setiawan, 2005 : 19) memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.
Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya.:
b.         Tindak Ilokusi
Lubis (dalam Setiawan, 2005 : 22) memberikan definisi lebih rinci dengan beberapa batasan mengenai tindak ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan, permintaan maaf dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.
Subyakto-Nababan (Dalam Setiawan, 2005 : 22) menambahkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang diidentifikasikan dengan kalimat pelaku yang eksplisif. Tindak ilokusi merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang lain yang terungkap dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte kepada dan sebaginya.
c.         Tindak Perlokusi
Menurut Wijana (dalam Setiawan, 2005 : 25) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur.
Subyakto-Nababan (dalam Setiawan, 2005 : 25) memberian definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilkakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang lain.
Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur.
Verba tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi, diantaranya dapat dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni :
1)      Mendorong mitra tutur mempelajari bahwa : meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, menganjurkan, membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati.
2)      membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan, mengalihkan, mengganggu, membingungkan.
3)      membuat mitra tutur memikirkan tentang : mengurangi ketegangan, memalukan, mempersukar, menarik, perhatian, menjemukan, membosankan. (dalam Setiawan, 2005 : 25-26)
(http//www.pragmatic.org/com)

B. Novel Ayat-Ayat Cinta
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”. (http//www.id.wikipedia.org/ww/novel)
Novel ayat-ayat cinta adalah novel islami yang ditulis oleh Habiburahman El-Shirazy. Pengarang muda yang akrab dipanggil Kang Abik ini adalah Sarjana Al-Azhar University Cairo. Novel Ayat-ayat cinta diterbitkan oleh Republika Jakarta bekerjasama dengan Pesantren Basmala Indonesia, dan telah mengalami 22x cetakan dari tahun 2004 s/d tahun 2007. Novel ini berisi 403 halaman dengan 33 bab.
Novel ini juga disebut novel Pembangun Jiwa karena isinya yang sangat menggugah jiwa dan mengandung nilai-nilai agama yang dikemas dengan bahasa yang indah dan tidak menggurui. Hal ini dapat dilihat dari salah satu komentar pembaca :
“Bagus…! Sebuah novel tentang seorang sntri salaf metropolis dan musafir yang haus ilmu. Keindahan cinta dibangun dibawah terang cahaya petunjuk. Tak berlebih bil disebut sebagai Novel Pembangun Jiwa. “ (Ahmad Tohari, Sastrawan, Pengarang Fenomenal Trilogy ”Ronggeng Dukuh Paruk”)
Menggunakan bahasa yang indah dan natural, novel ini memadukan dakwah, tema cinta, dan latar belakang budaya suatu bangsa. Menceritakan seorang mahasiawa al-azhar yang berasal dari Indonesia bernama fhri. Fahri pribadi yang kuat, teguh dan taat menjalankan syari’at agama. Kemudian di menikah dengan gadis kaya  keturunan jerman bernama aisha.  Masalah muncul ketika fahri difitnah telah memperkos Noura, gadis Mesir yang pernah ditolongnya. Kemudian berkat kesaksian Maria, gadis Mesir Koptik yang kemudian menjadi istri keduanya, Fahri dibebaskan. Cerita ini ditutup dengan menjelang detik-detik kematian Maria yang masuk islam.

C. Anlisa Tindak Tutur Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
Dalam novel ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El-Shirzy ini diperoleh beberapa dialog yang menunjukkan adanya peristiwa tindak tutur yang beberapa diantaranya diuraikan sebagi berikut :
1. Lokusi
Ø  data 1
“ anakku, kau sudah seht betul ?” tanya syaikh usman
“alhamdulillah, syaikh,” jawab fahri
(hal 200)

Dalam dilog ini, fahri tidak perlu mengutarkan keadaannya secara detail, karena dengan jawabn alhamdulillah tsb sudah menunjukkan bhwa keadaan fahri sehat.

Ø  Data 2
“mas fahri, udaranya terllu panas. Cuacanya buruk. Apa tidak sebaiknya istirahatdi rumah?”
(Sran syaiful ktika melihat fahri yang akan bersiap pergi) (hal 18)

Dalam dialog ini syaiful menyarankan fahri untuk tidak jadi pergi walaupun syaiful tahu hal ini tidak mungkin dilakukan fahri karena  fahri sudah siap akan berangkat.
2. Ilokusi
Ø  data
“ belikan disken. Dua. Aku mls keluar.”
(pinta maria ketika fahri mau keluar). (hal 22)

dialog ini termasuk tindakan ilokusi karena maria meminta fahri membelikan kaset, yang belum tentu kasetnya didapat atau tidak

Ø  data 2
“jika istrimu nanti mau diajak hidup di Indonesia, tidak terlalu jauh dri ibu, maka maka menikahlah dan ibu merestui,………”
(ketika fahri meminta izin ibunya untuk menikah). (hal 204)

Data di atas termasuk jenis tindak tutur ilokusi karena si penutur berusaha untuk mengarahkan pendengar untuk melakuakn seperti apa yang didinginkannya sekalipun sifatnya hanya tawaran yang masih ragu dilkukan apa tidk.

3. Perlokusi

Ø  data 1
“ ya kapten, wahid shubra! (kapten, shubra satu!)
(Sang penjaga loket langsung mengambilkan 1 karcis ke shubra) (hal 32)

Ketika penutur mengucapkan kata tersebut, si pendengar langsung mengambulkan tiket. Hal ini karena apa yang disampaikan penutur mempengaruhi pendengar untuk melakukan perbuatan seperti apa yang di minta penutur.


Ø  Data 2
“hei orang Indonesia, kalau benar kau s.2. di al-azhar mana kartumu?”
(fahri langsung mengambil kartunya).(hal 46)

Ketika si penutur mengucapkan dialog tersebut, maka si pendengar langsung mengambil kartunya, hal ini karena apa yang disampaikan si penutur mampu mempengaruhi si pendengar untuk melakukan sesuatu, dan ini termasuk dalam konsep perlokusi.


Ø  Data 3
“bitte, schreiben sie ihren namen!” (“maaf, bias tuliskan nama anda!”).
(sebenarnya mereka sudah sling menyebutkan nama tapi aisha meminta fahri menulis namanya, dan fhri menulis nama dan alamat serta nomer telponnya).(hal 56)

Data diatas juga menunjukkan sebuah perlokusi dimana ketika si penutur mengucapkan dialog tersebut, maka si pendengar memahami makna tersirat yang ingin disampaikan yakni untuk menulis alamat dan nomor telfon, sehingga otomatis kalimat dari si penutur mempengaruhi si pendengar untuk melakukan sesuatu yakni menulis alamat dan nomer telponnya.



Sumber :
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/analisa-tindak-tutur-speech-act-dalam-novel-ayat-ayat-cinta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar