Lakon
ORDE MIMPI
Karya R Giryadi
BABAK I
DRAMA INI DIMULAI DENGAN SUARA BERDENTANG TANDA KEHIDUPAN DIMULAI. MUSIK RITMIS
MENGIRINGI DENTANG YANG BERDENYUT SEPERTI DETAK NADI. LIGTHING PERLAHAN MENYALA
MENYINARI ORANG-ORANG DALAM TABUNG BESAR. MULUT DAN MATA MEREKA TERTUTUP RAPAT.
SEPERTI SEDANG MENJALANI SEBUAH PROSES KELAHIRAN. DI LUAR TABUNG BESAR, DUA
ORANG SEDANG BERCAKAP-CAKAP SERIUS.
PAKARWAN:(Modar-mandir, gelisah)
Aku belum menemukan jawaban.
RIBAWAN
Apa perlu rumus-rumus?
PAKARWAN (Berpikir sejenak)
Sebenarnya tidak perlu. Tetapi aku ragu, kerena mereka penuh dengan rumus-rumus
yang telah diformalasikan. Lihat kepala mereka terlalu besar. Di dalamanya
segebok rumus-rumus hidup siap digunakan.
RIBAWAN
Jadi, masih diperlukan perhitungan yang tepat?
PAKARWAN
Bukan perhitungan tetapi kesepakatan. Jangan sampai kehadirannya menjadikan
suasana kacau.
PAKARWAN
Tetapi mereka kan berdiri dari rumus-rumus. Kita siap mengendalikan.
RIBAWAN
Jadi apakah harus kita delete tanda formulasi?
PAKARWAN
Mana mungkin bisa? Tanda-tanda itulah yang mungkinkan mereka hidup. (Mencoba
berpikir lagi) Ah….buntu!
MUSIK IRAMA DENGUS LABORATORIUM TERDENGAR PERLAHAN. KEDUA ORANG SEDANG
MENGAMATI HASIL EKSPERIMENYA. MEREKA MEMBICARAKAN SEKUTU TETAPI TIDAK
TERDENGAR. MEREKA BEGITU SERIUS. DAN DARI SUDUT LAIN DATANG SESEORANG YANG
DIKAWAL ORANG BERPAKAIAN ANEH.
TUAN JABAT
Selamat apa saja!
KOOR
Selamat apa saja!
PAKARWAN
Oh, Tuan Jabat. Selamat datang di laboratorium Rekayasa Gene kami. Silahkan,
silahkan. Kami sudah menunggunya sejak tadi. Mengenai pesanan itu, mohon
diperiksa dulu.
TUAN JABAT (Melihat-lihat tabung besar)
Good, good. Apakah sudah bisa?
PAKARWAN (Diam sejenak. Klincutan)
E…..e…..begini ….e
RIBAWAN
Sudah, tuan…e…ee…tetapi
TUAN JABAT
Oh..no. Kok, pakai tetapi segela!
RIBAWAN
Be..be..be benar Tuan. Kita masih perlu waktu untuk berpikirlebih matang.
TUAN JABAT
Ah, teori
PAKARWAN
Tepat sekali, Tuan. Kita memang masih butuh teori untuk menterjemahkan
kelahirannya. Kita masih punya sisa benyak generasi yang nggangur. Bahkan dari
informasi pihak Badan Pemerhati Generasi (BPG), ternyata masih banyak yang
ingin memperpanjang hidupnya. E..e kalau tidak salah, menurut mereka, Tuan
termasuk di dalamnya. Benarkah, Tuan?
TUAN JABAT
Ah, kamu itu tahu saja.
RIBAWAN
Menurut kabar angin. Kalau itu benar, Tuan sedang merehap rumah dan mengganti
segala perabotannya. E, termasuk kursi kesayangan Tuan. Katanya sekarang kursi
Tuan semakin tinggi. Begitukah?
TUAN JABAT
Wah, wah, wah. Ternyata kabar itu lebih santer dari kenyataan yang salah alami.
No, no, saya merenofasi beberapi bagian saja. Itu kan, hanya menuruti istri dan
anak-anak saja. Wah, wah, wah semakin tinggi kekuasaan semakin tinggi banyak
angin yang menamparinya…haa…haaa..haa. I don’t now, mengapa mereka begitu
menginginkanya?
RIBAWAN
Ingin menduduki kursi itu?
TUAN JABAT
Bukan, ingin membelinya. (Mereka bersam-sama tertawa cekikikan). Ah, lupakan
saja. Terus, bagaimana ini, apakah perlu ada surat keputusan.
PAKARWAN
Tidak perlu formal-formalnya begitu. Mereka sudah dilengkapi dengan sistem
pengendali otomotis yang menyatakan kelahirnya. Pada saatnya mereka akan keluar
sendirinya sesuai dengan rencana kita. Yang perlu kita siapkan saat ini hanya,
kesediaan kita menerima mereka di tengah-tengah kita.
TUAN JABAT
Teori lagi!
PAKARWAN
Kerena mereka terdiri dari rumus-rumus baru. Bisa-bisa kita habis oleh
rumus-rumusnya. Kita tidak bisa berimprovisasi saja. Kita herus lebih pintar
darinya.
TUAN JABAT
Apakah itu, yang menyebabkan keterlambatan kelahiran mereka.
RIBAWAN
Mungkin. Atau memang kita belum siap?
PAKARWAN
Bukan, kita belumterlalu membutuhkan kehadiranya.
TUAN JABAT
Itu ketakutan kita.
PAKARWAN
Bisa juga begitu.
TUAN JABAT
Ah, sudahlah jangan risau. Apakah kalian lupa dengan dua mesin disampingku ini.
He, kalian ngomong. Jangan diam saja. Masak ngomong saja menunggu perintah.
KOOR (M16DAN AK47)
Siap Tuan!
TUAN JABAT
Ayo ngomong!
M16
Siap melaksankan tugas!
AK47
Siap melaksanakan tugas!
TUAN JABAT
Apa? Tugas apa ?
KOOR (M16 DAN AK47)
Siap, keamanan Tuan!
TUAN JABAT
Saya kira kalaian sudah mendengar sendiri. Saya tidak perlu berlama-lama di
sini. Saya masih ada tugas jawabnya. Saya pergi dulu. Selama apa saja.
KOOR
Selamat apa saja!
TUAN JABAT, M16, AK4 OUT STAGE. PAKARWAN DAN RIBAWAN SALING PANDANG, SEPERTI
MEMBUAT KESEMPAKATAN, KEMUDIAN OUT STAGE. LIGHTING PERLAHAN MEREDUP. MESIK
MENGIRING KERAS SEPERTI BENDA YANG BERGESEK-GESEKAN, BERBENTURAN. MUSIK
BERHENTI, KETIKA MENDENGAR SUARA DARI SPIKER BERKOAR-KOAR.
SPIKER
Perhatian! Perhatian! System Pengendalian Pusat (SP2) memerintahkan agar
mengendali-mengendali cabang siaga penuh. Gene 1, 2, dan akan membuka sisitem
sementara. Kepada gene1, 2, dan kita akan masuk tanda formulasi plus (+), tanda
kehidupan dimulai. (Tekan tombol) Selamat datang!
KETIGA GENE YANG BERADA DALAM TABUNG PLASKTIK, MULAI BERGERAK PERLAHAN-LAHAN.
TUBUHNYA OTOT-OTOT MULAI MEREGAK, KAKU, DAN KEJANG –KEJANG. KEJANGAN TUBUHNYA
SEMAKAIN LAMA SEMAKIN KERAS DIIKUTI SUARA MENGERANG-NGERANG , SUARA JERIT, DAN
TANGIS.
SPIKER
Perhatian, kepada seluruh Sistem Pengendalian Cabang (SPC), kita menuju formula
samadengan (=). Kepada masyarakat luas, mohon memperhatikan datangnya generasi
baru gene 1, 2, dan 3. Semua cabang sudah siaga. Okey! Berpisah untuk meluncur
melaksanakan tugas. Hitungan mundur : 10,9,8,7,6,5,4,2,1, go…!
Ketiganya meluncur melalui papan luncur. Musik berdendang keras. Lighting
berkilat-kilat. Mereka meluncur cepat sekali, hingga bertemu pada sudut yang
ditetentukan. Mereka saling pandang, saling mengamati, saling meraba seluruh
tubuh. Mereka ingin saling sapa. Tetapi mulutnya tidak mengeluarkan suara.
Mereka mengunakan bahasa isyarat yang tidak ada artinya. Dan membuat mereka
bertambah bingung akhirnya mereka tidak meneruskan bicara. Tiba-tiba dikejutkan
oleh suara dari spiker.
SPIKER
Halo, halo, SP2 memanggil. (Ketiga orang yang sedang melamun terperanjat,
kemudian mencari sumber suara). E, maaf. Eror, eror, ada gangguan teknis. Maaf
kita lupa menekan tombol kode bahasa. Tunggu sebentar, ada sesuatu (Sumber
suara menjauh dan terdengar lirih. Speker tendengar sedang bercakap-cakap
dengan seorang perempuan) –sebentar sayang, saya sedang serius, jangan ganggu
saya. Nanti sajalah puaskan dirimu, kalu sudah selesai semuanya- (Suara kembali
terdengar jelas) SP2 memanggil! Kode sudah ditekan, silahkan dicoba!
MEREKA MULAI MENGGERAKANA MULUTNYA. KATA YANG MULAI DIUCAPKANNYA ADALAH: AKU,
SAYA, DAN KAMU. MASING-MASING MENYEBUT DIRINYA DAN SALING MENYEBUT YANG LAIN.
ORANG I
Aku…..aku…. aku..(menunjuk dua temanya)
ORANG II
Aku? (menunjuk dirinya) Aku…A-k-u.
ORANG III (Menunjuk dirinya)
Aku…A-K-U
ORANG I TIDAK MENGERTI, DUA TEMANYA JUGA MENYEBUT SAMA: AKU. KEMUDIAN DARI
SPIKER TERDENGAR SUARA. MEREKA TERKEJUT DAN MENCOBA BERSAMA-SAMA MENDEGARKANYA.
SPIKER
Benar dan bagus. Kalian sudah mengenal kata. Untuk itu dari pengendalian dari
pengendalian kata-kata yang telah dibuat sesempurna dan sebaik mungkin. Untuk
itu gunakan bahasa itu sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Bahasa itu akan
kalian gunakan untuk percakapan sehari-hari, agar kalian saling mengenal.
E..mohon perhatian, selain kalian akan diberi tanda pengenal yang disebut nama
masing-masing, maka kata AKU harus ditanggalkan. Yang harus kalian gunakan
adalah gene 1 mempunyai nama Pekerti. Ingat Pa-ker-ti. Gene 2 mempunyai arti
Panarut. Ingat Pa-nu-rut, dan gene 3 mempunyai nama Panrimo. Ingat Pa-nri-mo.
Kali terakhir, larangan yang harus dipatuhi adalah (1). Dilarang berbicara
terlalu keras .(2). Dilarang berpikir yang aneh-aneh. (3). Dilarang melihat
sengaja maupun tidak sengaja. (4). Dilarang mengajukan pertanyaan dan usul.
SP2 akan mengambil tindakan preventif bila salah satu larangan kalian langgar.
Disana ada M-16 dan Ak4 Kalau mereka tidak bisa mengatasi, maka akan diambil
tindakan penangan khusus dengan merubah formula tanda kurang(-) bila
memperlambat aktifitas anda dan tanda bagi (:) akan mengentikan aktifitas anda.
Demikian mohon diperhatian dan selamat menempuh hidup baru.
(Sooosssssssss, suara spiker mengilang)
PAKERTI
He, jangan pergi! (sesaat, ia tidak sadar kalau sudah bisa berbicara. Mulutnya
diraba seakan tidak seakan tidak percaya) Apa yang terjadi. Apa artinya ini?
He, jangan pergi! Lo..apa ini? lagi-lagi aku..
PANURUT (Memandang dengan penuh heran)
Apa itu? (Ia terkejut dengan kalimat yang diucapkan).
PANRIMO (Plenggang-plenggong, tidak mengerti apa-apa. Ia mendekati kedua orang
temannya. Yang sedang meraba-raba mulutnya.ia ikut meraba mulutnya dan juga
meraba mulut tamanya)
Kenapa kamu? (Terkejut).
MEREKA SALING PANDANG. KEMUDIA SALING MERABA MULUTNYA SENDIRI DAN MULUT
TEMANNYA. SESEKALI BURUSAHA MELIHAT DALAM MULUT DENGAN RASA KAGUM, CEMAS, DAN
TAK MENGERTI MEREKA DUDUK TERMENUNG.
PAKERTI (Menunjuk)
Siapa kalian?
PANRIMO
Kalian itu loh? (Tidak sadar)
PANURUT
Apa maksudmu!? (Berteriak)
PANRIMO.
Apa? (Juga tidak mengeti)
PEKERTI
A-p-a, Apa.
PANURUT (Manggut-manggut)
PANRIMO
Kenapa? (Memandang dengan heran)
PENURUT (Mengelengkan kepala)
PANRIMO
Lho…? (Tambah tidak mengerti)
MEREKA KEMBALI SALING MEMANDANG DENGAN EKSPRESI TAK MENETU. DAN TAK SEORANG PUN
MENGERTI APA MAKSUDNYA. MEREKA SALING TATAP BAHKAN SALING MERABA WAJAH MEREKA
MASING-MASING DAN JUGA SALING MERABA TUBUH MEREKA. PADA PUNCAKNYA, MEREKA
MERASA GELI. GERAKAN TUBUHNYA KEJANG-KEJANG. MENGGELIAT-MENGGELIAT. TERTAWA
KECIL. CEKIKIKAAN. DAN MELEDEHKAN TAWA MEREKA.
KOOR.
Haaa, ha, ha, ha, ha, ha, ha, ha. (Terpingkal-pingkal).
PEKERTI.
Cukup, cukup, berhenti! (Berteriak)
PENURUT
Apa lagi itu? Hik…hik..Hik..ha..ha haaaaaaaa!
KOOR (Tertawa terbahak-bahak. Semakin keras. Semakin terpingkal-pingkal).
TUAN JABAT. (Dari dalam, muncul tiba-tiba)
Pekerti. Panurut. Panrimo! (Mereka berhenti tertawa, memandang kagum kepala
Tuan Jabat dan dua pengawalnya) O, ternyata kalia sudah ada disini. (Mereka
saling memandang, tidak mengerti). Maafkan saya dan dua pengawal setia saya
ini, datang tidak tepat pada waktunya. (Tak kuat menahan tawa. Akhirnya tertawa
bersama. Tetapi tiba-tiba mereka berhenti)
M-16 DAN AK-47 (Bersama-sama mengokang senjata)
TUAN JABAT
Pengawal janangan terlalu agresif. Biarkan mereka. Mungkin ada kesalahn. O, ya
, saya lanjutkan. Jalanan macet, lagi pula informasi yang saya peroleh kurang
akurat. Jadi maklum, tetapi untunglah akhirnya kita bisa bertemu. (Memandangi
ketiganya) Oh, sungguh hasil yang memuaskan.
Tentunya kalian sangat beruntung dan bahagia terlahir di sini. Tempat ini
begitu tentram dan damai. (Pause) Lo, kenapa kalian tampak murung. Jangan diam
saja. Ayo coba katakan kegembiraanmu Pakerti. O, ya, siap yang namanya Pakerti.
(Tidak ada yang mengangkat tangan). Lho? Yang namanya Panurut yang mana? (Tidak
ada yang mengangkat tangan). Lho?! Panrimo yang mana? (Juga tidak ada yang
mengangkat tangan). Lho!!!?? (Lebih keras).
Tidak apalah, tetepi berbahagialah, karena kamu mamasuki era baru kehidupan.
Tidak gemen-gemen lo. Kalian sudah merdeka. Ini merdeka betul, tidak hanya
dibibir saja. Lihat di sana ada gedung bertingkat. Ah, nanti kalian akan tahu,
bagaimana rasanya merdeka. (Pause) Kenapa? O, ini? Jangan takut, mereka juga
manusia seperti kalian. Ayo, pengawal mendekatlah, kenalkan mereka.
(M-16 DAN AK-47 menjulurkan tangan, tetapi mereka tetap diam, tidak mengerti
maksudnya). Balaslah salamnya. Begini (Mengangkat tangan masing-masing,
kemudian saling bersalaman). Ini namanaya M-16 dan yang satunya namanya AK-4
Mereka berdua bertugas sebagai pengawal dan juga penjaga keamana. (Pause) Apa
kalian sakit to, kok diam saja?
KOOR
Apa??
TUAN JABAT
Apa? Jadi kalaian…?
KOOR
Apa….?
TUAN JABAT
Oh, Tuhan. Pasti ada yang tidak beres ini. No….berbahaya ini. Jangan kawatir.
Pengawal! Lakukan sesuatu!
KOOR PENGAWAL
Siap, melaksanakan tugas!!(Bersama-sama mengokang senjata)
TUAN JABAT
Stop! Stop! Jangan terlalu reaktif to. Ini belum tingkat yang membahayakan.
Maksudku bawalah mereka, dan karantina dulu. Jangan boleh menemui orang lain
dulu. Mereka masih telanjang. Belum mengerti apa-apa.
KOOR PENGAWAL
Siap melaksanakan perintah! (Menggiring ketiga manusia baru)(Meraka bersama-sama
menolak ajakan pegawal)
PEKERTI
Apa? (Tidak mau dibawa pergi)
TUAN JABAT
Tidak, apa-apa. Jangan takut. Kalaian hanya akan dibawa ketempat yang lebih
aman. Ayo, pengawal bawa mereka!
TANPA MEMBANTAH SEKATAPUN, MEREKA MENURUT DIGIRING PENGAWAL. OUT STAGE. MUSIK
TERDENGAR LIRIH, MENGGIRINGI LAGU KEBISUAN. BLACK OUT
BABAK 2
LAGU KEBISUAN
Aku dilahirkan di padang sunyi.
Ilalang-ilalang menari-nari bercumbu dengan bulan.
Burung-burung meniup seruling, mendayu, seperti angin.
Tubuhku berlumur lumpur sawah.
Hidupku seperti pagi diirama desir air ngarai dan lembah-lembah.
Inilah nyanyiaku.
Simponinya teruntai oleh tetes keringatku.
Ibu…oh, ibu ku. Tanah dan air ku.
STAGE LENGGANG. BLACK OUT. TIRAI PUTIH TURUN, LIGHTING MENGARAH PADA SUDUT
PANGGUNG. TEPAT MENGENAI TEMPAT ARI-ARI DITANAM, TERDIRI KURUNGAN KECIL DAN
LUMPU TEPLOK. DISANA SUDAH BERDIRI SEORANG PEREMPUAN SEDANG MENGGENDONG BONEKA
BAYINYA. IA MENIMANG-NIMANGNYA. IRAMA MUSIK MENGGANTUNG SEDIH.
PARTIWI
Cepat besar ya, nak. Cepat bisa berlari dan bicara. Kamau harus kuat seperti
Gatutkoca. Kamu harus perkasa seperti Bima. Dan kamu harus cerdik seperti
Bathara Ksena. Siapa lagi Ibu yang diharapkan, kecuali kamu anak ibu
satu-satunya. Cepat besar ya, nak. Biar cepat bisa menggarp sawah dan mencarikan
rumput sapi-sapi kita. Siapa lagi, ayahmu setiap hari bekerja sendirian. Kau
harus cepat besar. Nanti Ibu sekolahkan sampai sarjana, biar tidak dibodohi
orang lain. Cepat besar nak, jaman sudah maju. kita sudah merdeka. Dimana-mana
orang bekerja, membangun negeri ini. Cepat besar nak, tanah kita menanti
uluranmu. (Menimang-nimang lagi).
NENEK (Dari dalam, bersama Kakek membawa buku besar)
Partiwi..Partiwi..Partiwi, di mana kau, Nak. Oh, Partiwi sudahlah. Tak baik
begitu. Masukalah, tak baik dilihat orang lain. Lihatlah mereka seakan mengejek
kita. Tak apalah. Tetapi kau jangan menyesali nasibmu seperti itu. Pada suatu
saat nanti alam pasti , merubah nasib kita. Percayalah, ia mempunyai kekuatan
yang maha dasyat. Kamu jangan menyesal. Kalau sekarang kita hanya bisa
melahirkan bayi saja, dan tak bisa membesarkan, terimalah itu sebagai takdir.
PARTIWI.
Tetapi takdir tidak harus seperti ini…
NENEK.
Kenapa kamu menyesali takdir?
PARTIWI.
Sawah kita luas. Tanah kita subur, akankah digarap oleh generasi yang menyesal.
Setiap hari minta ditimang-timang, minta dinana bobokan, minta disuapin, minta
dimandikan. Kapan ia lekas dewasa?
NENEK.
Anakku, alam tak akan membiarkan dirinya terlunta-lunta. Pada suatu saat mereka
berbicara, dan yakinlah ia akan berbicara lebih keras. Alam mengerti akan
dirinya. Nenek sudah sering diombang-ambingkanya. Nenek dan Kakek adalah
prasasti alam yang sewaktu-waktu membelamu. Janganlah kelewat menyesal.
PARTIWI (Menimang-nimang lagi)
Cepat besar, Nak. Cepatlah kau bisa berlari. Jaman seperti roket.
NENEK dan KAKEK (Geleng-geleng kepala, sambil membuka-buka buku besaar)
KAKEK.
Kau harus kembali buku besarmu ini, Partiwi.
PARTIWI.
Kau harus mencoba kembali buku besarmu ini, Partiwi
PARTIWI
Aku sudah berulang kali membaca, tetapi selalu gagal.
KAKEK
Tidak, kau tidak gagal. Kau harus ulangi sekali lagi! Kau tidak boleh menyerah.
PARTIWI.
Cepat besar, Nak. Lihatlah matahari sudah tinggi. Jangan tidur dipangkuan
ibumu. Kini saatnya kau bangkit, mengakat cangkul dan sabit. Jangan sampai
tanah ini direbut orang lain. Kau harus menjaganya. Cepatlah besar, nak. Jangan
membisu saja. Dengarkan Ibumu….ya…
NENEK
Partiwi, air matamu menetes?
KAKEK
Kita belum pernah lihatnya sesedih ini.
NENEK.
Jangan menangis Partiwi, malu dilihat tetangga.
KAKEK
Kita ini keluarga besar. Kau harus bisa menghadapi kesedihan ini.
Kemarin-kemarin, kau tidak menangis. Bahkan begitu tabah. Lihatlaha catatan
buku harian ini (Membuka buku besar) Tak ada kata tangis disni. Ayo, Partiwi
kita harus mengadapi semua ini.
PARTIWI
Apakah Kakek dan Nenek lupa, bahwa kemarin memang tidak ada yang harus
ditangisi?
KAKEK
Saya tahu.
NENEK
Saya pun juga tahu
PARTIWI.
Buku besar kita ini tidak pernah mengisi kata hatiku. Dulu aku tidak menangis
kerena, yang tertanam dalam perutku adaalah bunga-bunga yang wangi. Disana akau
dibuatkan taman begitupun aku. Tetapi sayang….(Pause)
KOOR
Tetapi sayang?
PARTIWI (Menangis, sesenggukan)
KAKEK
Lho….menangis lagi.
NANEK
Tetapi apa, Partiwi?
PARTIWI
Itulah yang tidak pernah kita cacat. Kita sudah terlalu dininabobokan oleh
taman dan kebun kita. Tetapi kita tak pernah tahu, selama ini perutku telah
dibuangi sampah dan bangkai-bangkai tak berguna!
TERDENGAR SUARA BEL BERDENTANG-DENTANG
KAKEK
Kelihatan ada yang datang? (Menghapiri pintu besar out stage)
NENEK
Lembaran baru kita akan tulis, Partiwi!
PARTIWI
Sudah beribu kali kita menulisnya.
Kakek masuk bersama tuasn jabat. AK-47, M-16, Partiwi, panrimo dan panurut
KAKEK
Mari, silahkan masuk Tuan….
TUAN JABAT
Kami menghadap Juru Catat.
KAKEK
Denagn senang hati. Kabar apa kiranya yang dibawa, kok kelihatan gembira
sekali.
TUAN JABAT
Begitulah kiranya. Hari ini kita harus bergembira, menyambut kehadiran generasi
baru, hasil produksi dalam negeri. Wah, hasil yang menggaumkan. 60% kandungan
lokal selibihnya rekayasa belaka. Oh, maaf bila tampaknya begitu mendadak.
Biasa era Teknologi. Kita hasur segera mengejar itu.
KAKEK
Tuan Jabat, to the point, saja
TUAN JABAT
O…o…o., baik. Tepatnya, meraka adalah generasi baru yang telah kita ciptakan
untuk memimpin generasi ini. Dalam buku besarmu, bahwa era baru kita untuk
ingat menjadi negara yang disegani. Catat itu! Oya..mari. Lihatlah mereka!
(Kakek membatu) Canggih dan bermutu. Ini bukan lagi kerajinan tangan atau dari
bim sala bim. Tetapi benar-benar dari kemajuan ilmu pengetahuan kita yang
berkembang pesat. Apa kalian tidak bangga.
Catatlah! Biar suatu saat nanti, kita bisa membukanya bersama-sama. Lho, lho…
Partiwi kok diam saja toh. Jangan mbesengut begitu. Mbok ya ikut bergembira.
Ini hari gembira, tidak sewot begitu! Negara-negara besar saja belum tentu bisa
berbuat begini. Ini harus kita sambut dengan lapang dada. Siapa lagi kalau
bukan mereka yang membaangun negeri besar ini kalau bukan generasi baru. Bukan
begitu, Partiwi?!
KAKEK.
Tuan….kiranya, Partiwi masih belum berkenan.
TUAN JABAT
Ah…mokal, impossible. Kemarin-kemarin ia bergembira. Ah, sudahlah. O…ya, mereka
adalah Panurut, Panrimo, Pakerti. Sangat sederhana sekali. Partiwi, aku berbuat
ini demi kepentingan kita bersama. Kita harus menyiapkan generasi yang canggih.
Dan itulah mereka. Partiwi, tersenyumlah. Aku ingin melihat kau bahagia.
PARTIWI
Tuan Jabat, indah sekalui kelihatannya. Seandainya ini bukan mimpi, aku tidak
akan bersedih.
TUAN JABAT
Oh…mimpi ?
PARTIWI
Tuan Jabat, mimpi yang kemarin hanya menjadi sampah dalam perutku. Tidakkah kau
mengerti itu. Dan mimpi itu dalam buku besar hanya menjadi lembaran hitam.
Lihatlah janin yang terkapar ini , beribu-ribu bahkan berjuta-juta kau
terlantarkan. Tidak lihatkah engkau. Buanglah mimpi besarmu itu Tuan Jabat !
TUAN JABAT
No… impossible. Juru Catat ! Adakah itu tertera dalam buku besarmu.
KAKEK (Membuka Buku Besar , Mencari-Cari Kemudian Menggelengkan Kepala)
TUAN JABAT
Nah.. You now ? Mana mungkin ini mimpi ?
PARTIWI
Tuan Jabat! Anda boleh tidak percaya. Silahkan, itu hak Tuan. Catat itu Kek.
Saya, Partiwi akan undur dari mimpi ini. Saya sudah tak sanggup lagi. Selamat
tinggal.
PARTIWI OUT STAGE. MUSIK MELANTUN LIRIH. TUAN JABAT DAN KETIGA GENERASINYA
BERGEMING. KAKEK DAN NENEK TIDAK BERKATA-KATA. LIGHTING TEMARAM BIRU.
KAKEK
Saya tak pernah melihat Partiwi semurka ini. Pertanda Tuan Jabat. Ini pertanda.
Tuan Jabat harus menahan diri.
NENEK
Partiwi sudah terlalu lelah. Tuan Jabat harus paham itu. Sudah terlalu banyakn
yang dikorbankan. Tuan Jabat harus paham. Dalam buku besar ini , kami sudah
terlalu sering membuat catatan kesedihan dan kami tidak bisa menutup-nutupi.
TUAN JABAT
Sudalah. Jangan meracu begitu Juru Catat. Aku bosan dengan petuah-petuah.
Sekarang aku butuh persetujuanmu, bukan petuahmu ! (Duduk di kursi goyang)
KAKEK
Kami hanya bisa mencatat Tuan. Itulah tugas kami. Kalau Tuan ingin membuat dan
melahirkan generasi baru lagi, itu hak Tuan. Silahkan. Kami nanti yang
mencatatnya. Biarlah Partiwi, nanti kami yang membujuk. Bukankah Partiwi selalu
menurut jika Tuan memaksa. Kalau semua ini Tuan anggap baik dan benar.
PARTIWI ON STAGE DENGAN MEMBAWA SEKERANJANG BAYI. IA MENEBARKAN (MENANAM
BAYI-BAYI ITU) KE TANAH DENGAN PENUH TAKJIM.
KAKEK
Sebagai pemimpin tidak boleh ragu-ragu. Dalam kondisi perang komando harus
tegas. Tuan Jabat adalah orang nomor satu disini, sebagai pusat komando.
Mengapa harus berunding segala. Toh segala sesuatu demi kepentingan Tuan.
Beribu bahkan berjuta manusia disekitar Tuan yang telah Tuan buat sebagai
budak-budak tuan, yang sekarang sudah afkiran, tidak ada salahnya tuan mencoba
semua itu.
Tuan harus berani. Nantri kami yang mencatat. Partiwi akan mengerti. Ketika
waktu bergerak maka pikiran manusia akan melesat menyusulnya.
NENEK
Tetapi sasmita Partiwi tidak setuju itu harus Tuan Jabat perhatikan. Itu
berarti Partiwi tahu waktu. Paham akan siklus alam. Mungkin Partiwi hanya hanya
ingin proses semacam ini mbok yao dibatasi. Perut Partiwi mengembung hanya oleh
bangkai sia-sia. Sepanjang hari ia hanya menimang-nimang kekalahannya. Manusia
memang serakah , terkadang singapun dibuat malu olehnya.
Tetapi Tuan Jabat, Semuanya berpulang kepada Tuan. Mungkin, sasmita Partiwi itu
hanya sebagai ujian saja. Seperti biasanya. Silahkan Tuan. Kami hanya bisa
mencatat.
KOOR (Kakek Dan Nenek)
Silahkan Tuan, kami hanya bisa mencatat.
BERULANG-ULANG SAMPAI SUARA MENGHILANG. PARTIWI TERUS MENARI. TUBUH BAYI
BERSERAKAN KESELURUH RUANG. TIRAI-TIRAI TURUN, SEPERTI PILAR-PILAR GEDUNG
BESAR.
SUASANA HENING. HANYA TERDENGAR DENGKUR TUAN JABAT YANG TAMPAK LELAH DAN RENTA.
TIBA-TIBA DENTANG JAM BERBUNYI, ENTAH BERAPA KALI. TUAN JABAT TERPERANJAT,
SEPERTI BANGUN DARI TIDUR.
TUAN JABAT
Pakerti, Panurut, Panrimo….!!!
M-16 DAN AK-47
Siap melaksanakan tugas ! (KOOR)
TUAN JABAT
Lo, kemana Pakerti, Panurut, dan Panrimo ?
M-16
Siap ! Tidak tahu yang Tuan maksud.
AK-47
Siap ! Idem. Tuan !
TUAN JABAT
Idem, idem. Idem bagaimana to kamu itu. Tiga manusia yang kamu kawal tadi lo.
Pakerti, Panurut dan Panrimo ?
KOOR
Siap, tidak tau Tuan !
TUAN JABAT
Goblok jadi mereka kamu biarkan liar begitu. Saya kan sudah bilang jaga mereka
semua. Mereka harus terus diawasi. Kalau tidak…Wah pengawal goblok. Bisanya
hanya tunggu perintah. Apakah kamu tidak bisa berpikir. Kamu ini manusia. Bukan
kerbau cunguk, kalau tidak dikeluh tidak bergerak. Mau jadi apa kalian. Perang
itu pakai otak bukan otot saja. Pengawal goblok. Kemana mereka ! ?
RIBAWAN (Dari Luar) Hallooo. Eny body home ? Oh, Selamat apa saja Tuan Jabat.
Kiranya Tuan Jabat sudah bangun . Kebetulan sekali. Berhari-hari saya menunggu
tuan bangun tidur. Kata Tuan Pakarwan, Tuan tidak boleh diganggu. Wah, begitu
sibuknya pejabat, sampai tidurnya berhari-hari.
TUAN JABAT
Bicaralah yang lebih sopan. Katakan apa perlunya?.
RIBAWAN
Okey. Tanggal pelunasan hutang-hutang sudah waktunya Tuan Jabat.
TUAN JABAT
Tagihan? Aku belum dapat hasilnya, dari kerjamu itu.
RIBAWAN
Tapi ini sudah jatuh tempo, Tuan.
TUAN JABAT
Diroll over dulu saja.
RIBAWAN
Enak saja. Dulu kan Tuan sendiri yang maksa-maksa. Saya kan juga hasil
pinjaman. Ini juga sudah jatuh tempo. Enak saja kalau ngomong. Memangnya duit,
Emakmu.
TUAN JABAT
Kamu jangan ngomong begitu. Saya belum punya uang. Kalau memang butuh sekarang,
ambilah barang-barangku.
RIBAWAN
Saya butuh uang kontan, Tuan!
RIBAWAN MENCENGKERAM LEHER TUAN JABAT KEMUDIAN MELEMPAKAN KE KURSI GOYANG. TUAN
JABAT MARAH BESAR. DENGAN BAHASA ISYARAT IA MENGOMANDO M-16 DAN AK-4 MEREKA
MENGOKANG SENJATA DAN MENGARAHKAN KE RIBAWAN
TUAN JABAT
Kalau yang kamu maksud uang aku tidak punya. Tetapi kematian yang aku punya.
Tunggulah di neraka, nanti aku lunasi.
MEMBERI ISYARAT TEMBAKAN. SUARA TEMBAKAN BERUNTUH MERUBUHKAN TUBUH RIBAWAN.
MUSIK BERDERAP-DERAP. SUARA GENDERING, TEROMPET, DAN TERIAKAN ORANG-ORANG MEMBAHANA.PAKARWAN
MASUK DENGAN TERGOPOH-GOPOH.
PAKARWAN
Gawat tuan! Gawat! Pengendali pusat telah dikuasai massa. Mereka
mengobrak-abrik sistem pengendali. Mereka begitu buas. Kami Kualahan. Mereka
seperti banteng ketaton sistem pengendali sudah tidak berfungsi lagi. Gawat
tuan!.
TUAN JABAT (Melirik dua pengawal)
Selesaikan dengan caramu sendiri. Laksanakan !
KOOR
Siap melaksanakan tugas ! (Out Stage).
PERANG BESAR TERJADI. ORANG-ORANG MENGAMUK, MEMBAKAR, MEMBUNUH, MENJARAH APA
SAJA. TAK ADA YANG BISA MENCEGAH. SUARA RENTETAN TEMBAKAN TERDENGAR
DIMANA-MANA. SATU PERSATU ORANG-ORANG YANG BERINGAS BERJATUHAN. SEPI!
M-16 dan AK-47 (On stage)
Siap. Tugas tugas telah dilaksanakan1
TUAN JABAT
Good! Sekarang, kau harus bekerja keras lagi Pakarwan. Jangan mengecewakan aku.
Buatkan yang lebih canggih. Aku ingin yang lebih Panurut, yang lebih Panrimo,
juga yang lebih Pakerti. Kita harus mempersiapkan yang lebih matang. Kau harus
mengerti Pakarwan dan Pengawal, hanya engkau yang aku percaya. Maka laksanakan tugas
ini sebaik-baiknya. Kamu mengerti Pakarwan ?
PAKARWAN
Berpuluh-puluh tahun yang lalu kita bersepakat, berjalan bersama-sama demi masa
depan kita bersama. Tetapi jalan kita selalu berseberangan. Saya telah merasa
mengkhianati kesepakatan itu.Orde-orde yang kita bangun selalu kandas di tengah
jalan. Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita bersepakat. Tetapi sekarang,
tidak!?
TUAN JABAT
Artinya, kau menolak? (Pause) Okey. Kalau itu pilihanmu, silahkan!
PAKARWAN
Saya sudah terlalu tua untuk berpikir.
TUAN JABAT
Tugas pemikir adalah berpikir. Bukan begitu, Pakarwan ?
PAKARWAN
Benar. Tetapi saya ingin memikirkan kehidupan saya.
TUAN JABAT
Lho, Selama ini kamu berpikir untuk siapa ?
PAKARWAN
Saya telah mencurahkan tenaga dan pikiran saya untuk semua yang ada di sini.
TUAN JABAT
Jangan mbulet, Pakarwan.
PAKARWAN
Ya, saya ingin istirahat
TUAN JABAT
Jelasnya kamu sudah tidak mau lagi bekerja sama dengan aku. Okey, kalau itu
maumu. Silahkan tuan Pakarwan yang aku hormati. Aku mengucapkan terimakasih
atas jasa-jasamu selama ini. Maafkan jika aku banyak kesalahan. Sekali lagi aku
ucapkan terimakasih, semoga kau bisa menikmati hari tuamu. Selamat tinggal,
sampai bertemu.
PAKARWAN OUT STAGE. TUAN JABAT MEMBERI ISYARAT KEPADA DUA PENGAWAL. DUA
PENGAWAL MEMBUNTUT PAKARWAN. TUAN JABAT MENYEKA PELUHNYA DAN MENYALAKAN
ROKOKNYA. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA TEMBAKAN.
KOOR
Siap. Tugas telah dilaksanakan ! (Out stage)
TUAN JABAT
Habis sudah. Aku harus memulainya dari nol lagi. Kalau hadirin sekalian ingin
mendaftar jadi karyawan saya silahkan tulis lamaran. Alamatnya, terserah anda
alamatkan kemana saja. Kemanapun ingin mengabdi kepada tanah airnya. Rela
berkorban untuk tanah airnya.
Aku butuh orang-orang yang bener-bener ingin mengabdi kepada tanah airnya.Rela
berkorban untuk tanah airnya. Aku butuh orang-orang, bukan para pengkhianat.
Silahkan kalau ada hadirin yang berminat, tulislah lamaran. Daripada Ijazah
sarjana tuan-tuan tidak berguna dan habis dimakan ngengat.
Ini kesempatan emas. Ada yang ingin yang melamar. Anda mungkin (Menunjuk salah
seorang penonton) O, Tidak. Hanya lulusan SD katanya. Ya sana pergi jadi
buruh-buruh, di negeri orang. Tetapi ingat, kirimlah uang keluargamu yang di
sini, jangan mayat.
Oh tuan yang dipojok sana mungkin. Lulusan apa? Sarjana pendidikan. Well, Anda
bisa mengajar? Tidak! Terus bagaimana dengan ijazah Anda ? Digadaikan !?
Masya’Allah.
Ayo-ayo siapa yang ingin melamar pekerjaan menjadi pegawaiku. Lowongan!
Lowongan!. Lowongan! Lowongan! Lowongan! Lowongan! Tidak berijazah tidak apa-apa.
Lowongan! Lowongan! Siapa mau lowongan. Lowongan, lowongan!. (Seperti
bernyanyi) Lowongan tuan lowongan. Aku butuh orang bukan pengkhianat. Lowongan.
Anda mungkin (Kepada penonton. Tak ada jawaban. Out stage)
STAGE REMANG-REMANG. PARTIWI MEMUNGUTI BONEKA-BONEKA PLASTIK DAN MEMASUKANNYA
KE DALAM KERANJANG. KAKEK DAN NENEK TERSEOK-SEOK MEMBAWA BUKU BESAR. KEMUDIAN
IA MEMBUKA LEMBARAN BUKU BESAR ITU DAN MENULIS SESUATU. KAKEK MENULIS DENGAN
PENUH PERASAAN.
KAKEK
Kesaksian: Hari ini, hari yang ke 10590, kami menulis kesaksian di atas lembar
hidup dengan tinta kejujuran. Bumi dan langit adalah saksinya. Waktu adalah
hakimnya. Halaman tiga puluh lembar terakhir dari kehidupan Tuan Jabat:
Tercatat, mimpi-mimpinya telah berakhir, tetapi kerakusan masih mengejarnya.
Dihari terakhirnya ia lari dari kursi goyangnya, yang selama ini untuk memuja
mimipi-mimpinya. Ia lari meninggalkan kekalahan yang menyedihkan. Ia terus
berlari mengejar mimpinya.
Bila hadirin sekalian bertemu, terimalah dengan wajar. Jangan lupa sedikit
menyanjungnya, maka ia akan bergembira seperti anak kecil. Hari ini Tuan Jabat
telah mencari dirinya yang dulu, hilang entah kemana. Dan hari ini kerajaan
mimpinya, hanya tinggal lembaran hitam, yang perlu Anda ketahui. Di sana
tercatat prasasti besar : Kekuasaan Bukan Dunia Imajinasi dan Bukan Dunia
Rekayasa. Sekian.
PARTIWI MENYANYI LAGU BUAIAN. LIGHTING PERLAHAN MEREDUP. SUARA LONCENG, ENTAH
BERAPA KALI. LIHTING BLACK OUT. PENONTON TEPUK TANGAN
Surabaya, 1994
R Giryadi
(Sutradara teater)
NB :
Naskah ini, kali pertama ditulis tahun 1994 dan dikembangkan terus sampai tahun
199 Diketik ulang dengan sedikit perubahan tahun 200 Sampai sekarang naskah ini
belum pernah dipentaskan.
Jika ada yang berminat mementaskan, silahkan mementaskan tanpa dipungut royalty
(Asal untuk kepentingan teater, bukan komersial).
3. Naskah ini bisa dikembangan dengan berbagai pendekatan.
Bahkan naskah ini memungkinkan dikembangkan dialog-dialognya.
bagi kelompok yang mementaskan hanya diwajibkan memberitahukan hasilnya dengan
mengirimkan, data apapun (catalog, berita, resume, foto) kepada penulis.