Daftar Isi

Jumat, 16 November 2012


MALU 7 Sentimeter
(Nuramila)

Sore itu suasana berbeda kurasakan. Aku merasa berada pada wahana baru, asing dan tak pernah ku berkenalan dengannya. Mungkin ini karena ruangan kelas yang kutempati belajar disore itu kini telah berbeda. Tak seperti sebelumnya, lantai keramik yang selalu menyambut langkahku ketika hendak memasuki ruangan kelas dan warna ceria cat dinding  yang memicu semangat pagiku, kini tak ada lagi. Kali ini aku berada dalam ruangan yang berbeda tanpa lantai keramik dengan warna dinding yang cukup kusam. Sore ini aku masuk dikelas yang baru, duduk dengan posisi bangku paling depan, tepat sejajar dengan meja dan kursi dosen. Akupun siap menerima Mata Kuliah, menunggu dosen yang sebelumnya sempat kujumpai secara langsung memintanya untuk bisa menyempatkan diri menyajikan materi perkuliahan dikelas.

Perkuliahan pun dimulai. Karena pertemuan ini merupakan pertemuan pertama dengan sang dosen tersebut, maka untuk kali ini sang dosen memulai perkuliahan dengan perkenalan masing-masing mahasiswa.”Tak kenal maka tak sayang “sekiranya begitulah kata pepatah, sehingga memang akan lebih baik jika pertemuan pertama dimulai dengan kegiatan perkenalan.

Masing-masing teman dikelas mendapat kesempatan, untuk ditanyai, perkenalannya mulai dari nama, alamat sekarang, dan asal daerah. Tapi untuk dosen ini, jika menyebutkan alamat ataupun asal daerah harus jelas desa apa, kecamatan apa, kabupatennya apa, bahkan sampai provinsinya....Wahhhh suasana kelas tiba-tiba jadi Waoooo, mungkin karena semua mahasiswa lagi mikir alamat mereka sedetail mungkin agar bisa menjawab dengan lancar ketika tiba giliran mereka.

Suasana kelas kini berubah jadi gaduh, tawa terbahak-bahak menjadi hiasan ruangan kelas sore itu, semua teman dikelas tak sanggup menahan tawa seketika sang dosen mengeluarkan humor atau leluconnya.

Perkenalanpun selesai, kini saatnya beralih untuk pembahasan materi perkuliahan, sang dosen pun menjelaskan mengenai bagaimana tahap perkembangan manusia dari bayi hingga mencapai usia dewasa. Kucoba menyimak setiap rangkaian kata yang keluar, memahami kalimat demi kalimat dan mencoba menangkap maksud pembahasan tersebut.

Namun, entah mengapa sore itu, pikiranku buyar, kacau tak karuan. Usahaku untuk menyantap makna celoteh sang dosen, kini percuma saja. Tak ada yang bisa kudapat, tak ada yang bisa kumengerti. Rangkaian kata yang kudengarpun, hanya sesuatu yang berlalu tanpa ada sedikit pun yang singgah berkunjung menjumpai jiwa dan pikirku. Hingga tiba saatnya sang dosen membahas bagaimana pertumbuhan fisik seorang bayi.

“ Berapa ukuran bayi yang baru lahir?” tanya sang dosen kepada semua penduduk yang berada dalam kelas.

Suasana ruanganpun sempat senyap perlahan, bisu. Namun seketika kembali gaduh. Sebuah balon telah meledak. Seperti itulah kegaduhan kelas. Beberapa menit berlalu setelah dosen melemparkan pertanyaannya kepada seluruh penduduk kelas, namun tak ada satupun yang bersedia menggerakkan indra ucapnya. Mungkin mereka masih berada dalam area berpikir, masih mengasah dan mencoba merefres otaknya, mencoba mengingat kembali, berapa jawaban dari pertanyaan sang dosen.

Merasa risih karena tak ada yang menjawab pertanyaan dari sang dosen, maka akupun memberanikan diri untuk menjawab. Tanpa berbekal pengetahuan, tanpa berisi pemahaman.

Kujawab dengan lantang “ 7 Pak”....

Sang dosen kebingungan, sambil menumpahkan tertawaan kecil.

 “ Maksudnya 7 apa? Sentimeter atau meter”...

“7 sentimeter pak” kuulang kembali jawabanku dengan lantang..

“hahahahahah”

Sang dosen tertawa terbahak-bahak begitupun dengan teman sekelasku, semuanya tertawa. Tak sanggup mendengar jawaban yang sempat kulontarkan..

“Kalau 7 sentimeter itu bukan bayi tapi anak kucing” tambah sang dosen...

Kelas semakin gaduh, semua tertawa mendengar jawaban konyol yang sempat terucap..
Aku ikut tertawa, kebingungan...

Beginilah jadinya kalau mata, hati dan jiwa tidak tertuju pada dosen ketika sedang mengikuti perkuliahan...Tak akan ku ulang lagi hal ini. Hal yang sangat memalukan. Malu 7 sentimeter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar